Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pesawatnya Lebih Baik Terlambat Supaya Bisa Menginap Gratis di Frankfurt

26 Februari 2021   17:15 Diperbarui: 26 Februari 2021   17:18 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wah bakal repot ini buat Indonesia. Dengan pasar 230an juta penduduk pada waktu itu, Indonesia bakal menjadi pasar empuk buat negara-negara lain. Apalagi sumber daya manusia belum sesiap negara lain untuk mendapatkan manfaat terbesar dari regionalisasi ekonomi.

Lha apa Indonesia harus menyetujui globalisasi itu, tanpa sedikit pun ruang untuk bersikap nasionalis? Pelatihan itu pun membahas strategi nasionalisme negara-negara maju yang dicoba ditiru dan dikritisi negara-negara berkembang. Nasionalisme dari negara-negara anggota Uni Eropa juga dibahas sebagai alasan untuk melidungi sektor pertanian domestik.

Tidak ada studi kasus Indonesia dalam bahasan di pelatihan itu. Mas Dab memberanikan diri bicara tentang strategi Indonesia di forum tanya-jawab. Harapan mas Dab, peserta yang sebagian besar dari negara-negara bekas Eropa Timur bisa juga belajar dari Indonesia.

Setelah sesi itu, mas Dab pun berpikir liar: bagaimana mau mendorong mobilitas manusia di kampungnya? Lha wong mereka lebih suka mangan ora mangan kumpul. Ngiris rasanya memikirkan pandangan minimalis yang banyak dianut itu. Cara berpikir kayak begitu mestinya juga banyak penganutnya di daerah lain, walau tidak disadari atau tidak mau mengakui.

Sementara teman-temannya sesama mahasiswa yang lebih maju jejaringnya ketimbang mas Dab ternyata berpandangan kurang lebih sama juga. Nggak mobile. Cukup cari kerja di Yogya atau biasanya ke Jakarta. Bagi mereka, lebih baik hujan batu di negeri sendiri ketimbang hujan emas di negeri lain.

Di salah satu hari selama pelatihan itu, mas Dab jalan-jalan di sekitaran kampus Centra European University. Di pojok sebuah jalan besar, kok ada kantor memakai nama Indonesia? Ternyata itu kantor Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) milik Departemen Perdagangan Indonesia. Kebetulan waktu itu sudah jam 4 sore lebih, jadi sudah tutup.

Dalam pikiran mas Dab, ada banyak pertanyaan berkecamuk: apa ya besar untungnya Indonesia dari perdagangan atau investasi Hungaria di Indonesia, sehingga perlu punya kantor itu? Kok tidak disatukan saja dengan KBRI di Budapest? Dan pertanyaan-pertanyaan sok kritis lain dari mas Dab.

Baru sekali ikut pelatihan saja mas Dab sudah ribut seperti itu...hehehe... Bayangkan kalo bisa ikut yang di kampus-kampus pusat ekonomi dunia di LSE, MIT, Harvard, atau yang lainnya.
###

Sampai di pintu masuk ke pesawat, mas Dab mendapat informasi pesawat datang terlambat. Wah...repot ini...terlambat gara-gara cuaca jelek di daerah antara Frankfurt dan Budapest. Mas Dab berharap pesawat terlambat 3 sampai 4 jam sekalkian. Iseng-iseng berhadiah. Itu slogan mas Dab supaya dapat manfaat dari sesuatu yang tak terduga.

Lha kalo telatnya cuma 1-2 jam masih ada peluang cuaca jelek itu. Mas Dab sudah membayangkan repotnya di atas sana pesawat bergoyang. Wah... Akhirnya, pesawat terlambat 4 jam. Pesawat seharusnya jam 18.30 jadinya terbang jam 22.30. Tiba di Frankfurt tidak akan bisa nyambung dengan pesawat ke Jakarta jam 23.30 WIB. Untunglah pesawat ke Jakarta sudah terbang on time. Lho... lha kok malah untung? ... Dengan on time itu, mereka tertinggal di Frankfurt bukan karena kesalahan mereka.

Jadi mimpi nginep semalam gratis di Franfurt pun terwujud. Mereka berdua mendapat voucher gratis untuk hotel Hyatt Frankfurt dan taksi bandara-hotel pulang dan pergi. Mas Dab memang orang yang beruntung... wong bejo kata orang-orang di kampungnya:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun