Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menulis Buku Secara Bertahap: Dari Diktat Kuliah Menjadi Buku Ajar, Lalu Buku Teks

18 November 2020   01:59 Diperbarui: 19 November 2020   11:17 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Avel Chuklanov on Unsplash

Tiga bentuk buku itu meliputi: pertama, diktat kuliah ini semacam catatan pengajar mengenai hal-hal penting dari sebuah materi pengajaran. Bentuknya bisa seperti catatan kuliah yang dibuat dosen.

Isinya bisa definisi, pengertian, perkembangan dari sebuah topik atau tema khusus dari sebuah matakuliah. Jika anda sempat mengenal mesin tayang ke papan tulis, yaitu OHP (overhead projector), maka diktat ini bisa merupakan bentuk tertulis dari catatan di OHP. 

Bisa juga, diktat kuliah ini merupakan bentuk lain dari catatan yang ditulis dalam bentuk file presentasi (misalnya dalam format powerpoint). Penulisan diktat biasanya bersifat singkat, lalu penjelasannya dilakukan secara langsung di pada saat pertemuan kelas.

Hampir sama dengan cara penulisan buku ajar, jika perkuliahan satu semester terdiri dari 14 kali pertemuan, maka ada setidaknya ada 14 diktat pertemuan kuliah itu.

Kedua, buku ajar merupakan buku untuk mengajar. Isi buku ajar disusun seperti topik atau tema perkuliahan di setiap pertemuan kelas. Jika satu semester ada 14 kali pertemuan, maka buku tersebut setidaknya memiliki 14 bagian atau bab. Ketentuan ini bisa bersifat fleksibel karena satu bab atau bagian bisa dipakai untuk lebih dari satu pertemuan berdasarkan pertimbangan tertentu.

Buku ajar ini sifatnya khusus dalam artian bahwa buku ajar mengenai sebuah matakuliah biasanya berlaku di program studi atau jurusan tertentu. Di kampus lain, buku ajar tentang matakuliah yang sama bisa saja berbeda karena ditulis oleh dosen lain. 

Berbeda dengan diktat, buku ajar ini biasanya sudah diterbitkan, memiliki International Standard Book Number (ISBN), dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Selain itu, buku ajar cenderung bersifat lebih formal ketimbang diktat, sehingga kaidah-kaidah akademik diterapkan secara lebih ketat. Kaidah akademik itu, misalnya, buku ajar memiliki referensi lebih banyak atau lengkap

Ketiga, buku teks atau referensi merupakan buku mengenai isu khusus di dalam bidang studi atau ilmu tertentu. Seperti buku ajar, buku teks juga memiliki International Standard Book Number (ISBN), dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) juga. Isi buku teks lebih umum, sehingga dari buku teks bisa dibuat lebih dari satu (1) buku ajar. Misalnya, buku teks berjudul ‘Politik Luar Negeri (PLN) dalam Ilmu Hubungan Internasional’. 

Buku teks ini bisa dipakai sebagai semacam buku panduan untuk beberapa buku ajar mengenai isu atau tema yang sama, namun dengan fokus atau studi kasus negara. Dari buku teks itu bisa dibuat buku ajar PLN Indonesia, PLN Rusia, PLN China, dan seterusnya. 

Dalam pengertian ini, buku teks bersifat lebih umum dan cenderung teoritis. Dalam buku teks juga bisa ditambahkan bahasan mengenai isu khusus dalam bentuk perbandingan atau komparasi antar-negara, misalnya. Buku teks sering terdiri dari dua (2) bagian, yaitu bagian teori atau pendekatan dan bagian studi kasus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun