Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengajak Mahasiswa Menulis

20 September 2020   12:02 Diperbarui: 20 September 2020   12:02 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mengajak mahasiswa menulis merupakan sesuatu yang mudah dilakukan, apalagi ketika mahasiswa terikat dalam sebuah perkuliahan dengan seorang dosen. Menulis esai pendek pun menjadi salah satu bentuk dari kerjasama antara mahasiswa dan dosen. Dengan 35 hingga 40 mahasiswa, sebuah perkuliahan dapat menghasilkan sebuah buku kumpulan tulisan mahasiswa dengan setidaknya 70 hingga 90 halaman. 

Cara ini menjadi salah satu pilihan ketika ada perubahan model perkuliahan dari tatap muka menjadi tatap layar. Gegara pandemi Covid-19, perubahan cara kuliah itu menimbulkan banyak persoalan. Salah satunya adalah bagaimana membuat perkuliahan online menjadi 'nyaman' buat dosen dan mahasiswa. Definisi nyaman ini tentu saja relatif sekali. Tergantung orangnya. Seperti saya juga. Sangat tidak menyenangkan suasananya ketika harus mengubah kuliah tatap muka menjadi tatap layar.

Secara teknologi internet memang rasanya antusias. Dipaksa belajar aplikasi dan cara-cara baru. Namun kenyataan yang harus dihadapi adalah antusiasme itu bukannya tidak menimbulkan masalah. Suasana ini belum lagi ditambah 'rasa' hubungan dosen-mahasiswa yang tidak langsung lagi di kelas, yaitu di tempat nyata yang sama.

Saya memerlukan sarana untuk mempertahankan suasana kelas tatap layar ini senyaman kelas tatap muka. Salah satunya adalah membuat project kelas, yaitu tugas individu menulis esai dan tugas kelas (bersama) membuat buku kumpulan dari esai-esai individu tadi. Di akhir kuliah, kelas saya akan menghasilkan produk nyata, yaitu buku kumpulan esai mahasiswa.

Esai-esai mahasiswa mengambil topik atau judul dari materi perkuliahan. Saya mengajar tiga kelas di semester genap 2019-2020 lalu: Diplomasi Republik Indonesia Kontemporer, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, dan Bahasa Inggris. Jadi, ada tiga buku sebagai produk tangible dari tiga kelas saya dengan saya sebagai editor bersama dua hingga tiga mahasiswa.

Proses menulis esai ini tentu saja menuntut saya memberikan skill tentang cara-cara menulis esai (pendek) sepanjang 2-3 halaman kepada mahasiswa. Dari struktur umum esai, isi dari bagian-bagian esai. Bentuk-bentuk pendahuluan. Argumen tulisan di bagian pendahuluan. Data-data pendukung argumen di bagian pembahasan, dan satu alinea kesimpulan di bagian terakhir tulisan. Proses ini tidak mudah bagi mahasiswa yang terbiasa membuat paper sepanjang 8-12 halaman. Contoh-contoh perlu diperlihatkan supaya mahasiswa memahami tugas individu dan kelas.

Isu yang sangat penting di esai mahasiswa adalah orisinalitas esai. Isu Ini berkaitan dengan masalah plagiarisme tulisan yang marak di jaman online sekarang. Isu ini menjadi persoalan sangat pelik dan dilematis bagi saya. Hanya kepercayaan yang membuat project kelas ini berjalan hingga berujung pada buku sebagai salah satu hasil perkuliahan. Persoalan besar lainnya terletak di tahap editing tulisan. Walaupun editing telah dilakukan, tanggung jawab tulisan tetap ada pada penulis masing-masing. Hanya dengan cara ini mahasiswa tetap bertanggung jawab pada tulisannya.

Skill lain buat mahasiswa adalah membuat buku. Ada proses layout esai-esai. Paling tidak ada 35 esai pendek sesuai dengan jumlah mahasiswa di satu kelas. Proses ini setidaknya memerlukan kategorisasi esai ke dalam isu-isu tertentu. Pada kuliah Hubungan Internasional di Asia Tenggara, misalnya, esai-esai dikelompokkan ke dalam negara-negara di Asia Tenggara. Proses ini juga menuntut mahasiswa memiliki ketelitian teknis layout, seperti keseragaman di seluruh buku dalam hal: batas atas-bawah dan kiri-kanan halaman, spasi, bentuk dan ukuran judul, penulisan bentuk alinea, dan lain-lain.

Sejak awal, project buku ini akan menampakkan hasil dalam bentuk buku cetak dan ebook. Namun situasi pandemi Covid-19 dan protokol kesehatan memaksa saya mengubah bentuk akhir project ini hanya di bentuk ebook dan diberi e-isbn. Lalu, ebook ini dibagikan ke mahasiswa saja, tanpa harus dicetak dan diedarkan ke umum.

Apakah semua proses pembuatan ebook ini berjalan lancar? Tentu saja tidak! Ada banyak masalah. Pertama, pemberian informasi dan latihan membuat esai dilakukan setelah materi kuliah diberikan. Kedua, pembagian kerja di antara mahasiswa khususnya dalam pembuatan ebook harus merata. Sebagai project kelas, semua mahasiswa harus mendapat bagian tugas, namun tetap saja ada sebagian mahasiswa yang tidak mendapatkannya. Ketiga, proses editing memiliki keterbatasan. Misalnya, tanggung jawab soal orisinalitas esai sepenuhnya di tangan penulis, bukan editor. Itu tiga persoalan penting di antara banyak persoalan lain dalam proses penulisan esai hingga menjadi ebook.

Mengajak mahasiswa menulis memang hanya salah satu cara agar kegiatan akademik tetap berjalan lancar selama masa work from home. Masih banyak pilihan-pilihan kegiatan lainnya sesuai kesepakatan antara mahasiswa dan dosen. 

Setidaknya kegiatan ini memberikan pemahaman yang agak berbeda bagi mahasiswa mengenai tugas menulis. Tugas menulis esai tidak hanya dikumpulkan ke dosen tanpa kejelasan mengenai nasib esai itu, namun tugas itu dikumpulkan dan dijadikan ebook. Jadi, hasil akhir ebook ini diharapkankan dapat memberi motivasi bagi mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun