“Selamat ya kak..semoga menjadi istri yang baik, trus cepat-cepat dapat momongan ya..” ujarku sambil memeluk erat kakakku.
”Terima kasih ya dik, kamu sudah banyak membantu kakak. Nah, sekarang tinggal kamu yang belum mendapat pasangan..kira- kira kamu udah punya calon tidak?” Tanya kakakku.
“Ah aku tidak perlu buru-buru kak, masih banyak yang harus kukejar, lagi pula aku ingin sukses dulu supaya Ayah dan Ibu bisa tenang di sana”.
“Mengapa kamu tidak mencoba dengan Aldi saja? Bukankah kalian cukup kompak? Lagipula dia sudah menjadi dokter yang mapan, aku sudah mengenal betul karakter temanku itu, aku yakin dia sangat pantas buatmu”.
“Aku berharap suatu saat kau bisa merasakan yang kurasakan ini, dan harapan terbesarku semoga aku sanggup berbagi cintamu dengan calo ipar nanti. Karena aku belum tahu rasanya bagaimana kamu nanti sendiri saat kutinggal jauh, tapi pasti itu sakit.
Aku hanya bisa diam mendengar besarnya harapan kakakku, Hana, yang menjadi tulang punggung keluarga bagi kami berdua semenjak Ayah dan Ibu meninggal karena kecelakaan. Kami terpaut 3 tahun, tapi dia sudah menjadi ibu disaatku menangis, dan menjadi ayah disaat butuh perlindungan.
Sebenarnya aku ingin sekali seperti kakak, memiliki karir yang mapan dan sudah punya suami, mungkin itulah pencapaian indah seorang wanita, memang mungkin belum lengkap rasanya kalau belum punya keturunan, tapi setidaknya mereka sudah cukup untuk modal bahagia.
sedangkan aku...walaupun sudah memiliki karir yang cukup matang di bidang perbankan, tapi masih ada yang belum kurasakan, ya..cinta. Hal yang belum pernah kurasakan dari sosok laki-laki selain ayah yang meninggalkanku di usia 14 tahun. Memang hal yang konyol jika mengingat di usia yang ke-25 tahun ini aku belum pernah merasakan jatuh cinta, padahal entah berapa banyak laki-laki yang mencoba singgah dihatiku. Tapi kutolak dengan halus, “belum ada yang menggetarkan hati, membuat perasaan bergelora, apa boleh buat cinta tak mungkin dipaksa.”
###
Hari ini betul-betul berbeda dari hari yang sebelumnya, aku sudah merasakan cinta..dan cinta yang kurasakan itu betul-betul cinta..bukan sekedar suka karena tampan, kaya atau sejenisnya. Dan aku mencintanya apa adanya, mencintainya dengan kekurangannya, kelebihannya dan segala sesuatunya, tapi haruskah kukatakan kepada kakak? Bukankah kebahagian ini seharusnya dibagi juga kepadanya..?
“Ya kak..aku sudah punya laki-laki yang kudambakan itu, tapi aku belum bisa mengutarakannya sekarang, aku mau membuat kejutan kepada kakak” Kataku..