Mohon tunggu...
Lucyana Kumala
Lucyana Kumala Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2019

Dare to dream

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

THAAD: Kegagalan Sang "Rising Power" dalam Diplomasi Koersif

28 November 2021   17:25 Diperbarui: 28 November 2021   17:29 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Meskipun telah menerapkan berbagai poin-poin utama diplomasi koersif, namun Tiongkok tidak berhasil secara maksimal mempengaruhi Korea Selatan agar menuruti tuntutan utamanya. Hal ini terjadi karena faktor asimetri motivasi Tiongkok yang justru menguntungkan Korea Selatan. 

Tiongkok terlalu ambisius dengan menuntut Korea Selatan langsung membatalkan pemasangan THAAD alih-alih meminta Korea Selatan untuk menyesuaikan atau memberikan penjelasan mendalam mengenai teknologi tersebut, sehingga Korea Selatan menggunakan alasan keamanan nasional yang tak dapat dinegosiasikan untuk menanggapi tuntutan Tiongkok.

Faktor lainnya adalah hubungan Korea Selatan dan Amerika Serikat yang sudah terjalin sejak lama khususnya di bidang keamanan, yang dapat dilihat dari banjirnya markas militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Korea Selatan merupakan negara dengan markas militer Amerika Serikat terbesar, yaitu mencapai 73 markas (Hussein & Haddad, 2021). 

Diskusi dan negosiasi mengenai THAAD ini juga telah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan sejak tahun 2013, yaitu kurang lebih selama tiga tahun sebelum pengumuman resmi mengenai pemasangan sistem THAAD di Korea Selatan sehingga Korea Selatan tidak mungkin membatalkan kerjasama begitu saja. 

Motivasi vital Tiongkok hanya sebatas pada dilema keamanan yang tidak pasti. Tak ada bukti konkret bahwa THAAD tersebut ditujukan untuk memata-matai Tiongkok dari jarak jauh, sehingga dugaan tersebut langsung dapat dipatahkan oleh Korea Selatan dengan mudah dan juga melalui Three NOs, Korea Selatan menjamin bahwa teknologi tersebut tidak membahayakan Tiongkok. 

Korea Selatan menegaskan bahwa teknologi tersebut dipasang untuk menghadapi ancaman nuklir dari Korea Utara yang begitu masif dalam beberapa waktu terakhir. Tiongkok sendiri juga tidak menyediakan solusi dan prosedur yang jelas terhadap isu THAAD ini. 

Sejak awal, Tiongkok hanya mengutarakan tuntutan dan motivasinya saja tanpa ada solusi detail dan implementasinya, sehingga Korea Selatan tetap menjalankan keputusannya yaitu memasang sistem THAAD hingga tahun 2021 ini.

Sangat sulit bagi Korea Selatan untuk membatalkan pemasangan sistem THAAD begitu saja. Jika Korea Selatan memenuhi tuntutan eksplisit Tiongkok tersebut, citra dan bargaining power Korea Selatan tentunya akan tercoreng di mata internasional. 

Korea Selatan akan dianggap sebagai bagian dari aliansi Tiongkok. Hal tersebut akan berimplikasi pada hubungan Korea Selatan dengan Amerika Serikat yang sudah terjalin sejak lama. 

Dampak perekonomian yang dialami oleh Korea Selatan karena diplomasi koersif Tiongkok memang cukup signifikan hingga miliaran dolar, namun hal tersebut tak menyurutkan kepentingan Korea Selatan untuk melaksanakan kepentingan keamanan nasionalnya karena selain kepentingan nasional, terdapat kepentingan lain yaitu branding dan menjaga “kawan baik” yang harus dilakukan.

Tiongkok sebagai rising power dengan segenap kekuatannya dari bidang politik dan ekonomi, nyatanya tak mampu mempengaruhi Korea Selatan mengubah keputusan mengenai kepentingan keamanan nasionalnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun