Mohon tunggu...
Lucyana Kumala
Lucyana Kumala Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2019

Dare to dream

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

THAAD: Kegagalan Sang "Rising Power" dalam Diplomasi Koersif

28 November 2021   17:25 Diperbarui: 28 November 2021   17:29 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Strategi diplomasi koersif yang diterapkan Tiongkok berlabuh pada adanya perjanjian Three NOs di tahun 2017 antara Tiongkok dan Korea Selatan. Perjanjian Three NOs ini mengandung tiga poin, yaitu tidak adanya penambahan baterai THAAD, tidak adanya integrasi Korea Selatan terhadap sistem pertahanan nuklir regional Amerika Serikat, dan juga tidak adanya aliansi trilateral bersama Amerika Serikat dan Jepang (Tias, 2020, 88). 

Sejak adanya Three NOs ini, normalisasi hubungan Tiongkok dan Korea Selatan pun terjadi. Perlahan-lahan, pemerintah Tiongkok melonggarkan pembatasan pariwisata ke Korea Selatan serta produk-produk Korea Selatan pun kembali masuk ke pasar Tiongkok.

Akan tetapi, pada faktanya, Three NOs ini tidak berhasil mewujudkan tuntutan Tiongkok sejak awal: pembatalan pemasangan sistem THAAD di Korea Selatan. 

Meskipun Three NOs ini adalah bentuk win-win solution bagi Tiongkok dan Korea Selatan, namun ini tidak mampu mempengaruhi pihak lawan (Korea Selatan) dalam memenuhi tuntutan negara pelaku (Tiongkok) sesuai dengan konsep diplomasi koersif.

Korea Selatan tidak bersedia memenuhi tuntutan penyelesaian “eksplisit” Tiongkok, yaitu pembatalan pemasangan sistem THAAD. Korea Selatan hanya menjamin bahwa sistem THAAD ini tidak ditujukan ke wilayah teritorial Tiongkok. Noh Youngmin, Duta Besar Korea Selatan untuk Tiongkok, menegaskan bahwa bagi Korea Selatan, kepentingan keamanan nasional merupakan hal yang tak dapat dinegosiasikan (Junsuk, 2017).

Dari hal ini, jelas bahwa Korea Selatan sebetulnya masih tak bergeming dari kebijakan awal yaitu membangun sistem THAAD. Korea Selatan kemudian mempertegas kembali tujuan THAAD itu sendiri, yaitu untuk menangkal ancaman dari musuh bebuyutannya, Korea Utara.

Tiongkok sebetulnya telah menyampaikan tuntutan secara jelas dan konsisten sejak awal, yaitu pembatalan pemasangan sistem THAAD di Korea Selatan didorong motivasi vital yaitu kekhawatiran mengenai keamanan nasional. 

Tiongkok menerapkan pemboikotan besar-besaran terhadap produk-produk Korea Selatan meski Korea Selatan adalah salah satu trade partner terbesar Tiongkok. 

Tiongkok juga telah menunjukkan urgensinya sejak hari pertama pengumuman diskusi kerjasama pembangunan THAAD dengan melakukan dialog dan mengeluarkan pernyataan resmi di media. 

Tiongkok selalu mendesak Korea Selatan di berbagai kesempatan. Rakyat Tiongkok juga mendukung strategi diplomasi koersif yang diterapkan Tiongkok karena patriotisme dan nasionalisme yang tinggi.

 Di dunia internasional, Rusia juga mendukung Tiongkok dalam menentang pemasangan THAAD. Tiongkok juga dengan jelas menunjukkan hukuman yang didapat Korea Selatan, yaitu pemboikotan ekonomi yang turut berdampak pada perekonomian Korea Selatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun