Mohon tunggu...
Lucky Irman Firmansyah
Lucky Irman Firmansyah Mohon Tunggu... -

Menulis selagi ada yang bisa ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Meraup Untung di Spotify

10 Juli 2017   12:02 Diperbarui: 11 Juli 2017   04:10 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://id.techinasia.com/

Masuknya layanan streaming musik seperti Spotify di Indonesia disambut baik oleh berbagai kalangan, baik dari label, maupun dari si pembuat karya, yaitu musisinya. Saat ini, Spotify sudah tersedia di 59 pasar di seluruh dunia dengan lebih dari 75 juta pengguna aktif dan lebih dari 30 juta pelanggan berbayar.

Kalo udah ngobrolin Spotify ke musisi, pasti sih nanyainnya gak jauh dari berapa bagian alias royalti yang diterima musisi dari penjualan Spotify.

Menurut Jim Butcher, Director of Comms Asia Pacific (APAC) Spotify, Jim Butcher, merasa pembagian royalti yang diberikan pihaknya sangat adil. Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan Spotify merupakan sumber penghasilan musik digital bagi para label di Eropa.

"Sejak diluncurkan pertama kali di Swedia tahun 2008, Spotify memberikan lebih dari USD 3 miliar kepada para pemilik hak cipta," katanya saat peluncuran Spotify di Jakarta, Rabu (30/03).

Kalo dari hitung-hitungannya, menurut beliau adalah 70:30. 70 persen diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dari pencipta lagu. Sisanya, 30 persen untuk Spotify.

"70 persen diberikan kepada label, artist, dan pemilik hak cipta. Intinya, kami akan memberikan dukungan penuh bagi musisi di dunia," ungkap Jim.

Hasil hitungan royalti ini menurut drummer Maliq & D'Essentials, Widi Puradiredja adalah hitungan yang adil. "Menurut gue adil sih, berpatokan itu itungan juga yang berlaku sesuai Undang - Undang di Indonesia.

Buat musisi, sejauh ini memang belum ada komplen apa-apa dari musisi soal keberadaan Spotify di tanah air. Sama seperti layanan musik streaming dan digital yang sudah ada sebelumnya di Indonesia, boleh dibilang sih musisi lebih mendukung keberadaan mereka, meskipun tidak banyak dari mereka yang pro-aktif.

Namun untuk di kasus Barasuara, tidak demikian. Penjualan fisik mereka tetap lebih banyak dari digitalnya. Hal yang sama juga terjadi di penjualan album Endank Soekamti, The Upstairs, Sore, Maliq & D'Essentials, dan lainnya.

Karena walau streaming itu mudah dan murah, beli CD fisik tetep punya romantisme tersendiri untuk penggemar. Ada nilai emosional dan sense of belonging yang jauh lebih besar, " ujar Iga Massardi.

Ada 30 juta lebih lagu di dalam Spotify, semua terkotak dalam album yang terbagi dalam beragam genre musik. Band seperti Sheila on 7 dan artis solo seperti Pongky Barata menaruh albumnya di Spotify, tidak terkecuali The S.I.G.I.T. yang mendisplay beberapa albumnya dari Visible Idea of Perfection,Hertz Dyslexia sampai Detourndi layanan musik streaming ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun