Mohon tunggu...
Luci Maya
Luci Maya Mohon Tunggu... -

seperti kata Descartes, "Cogito ergo sum..... Aku berpikir, maka aku ada.." Bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa kita adalah manusia yang bisa berpikir..

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bubur Ayam Murah Meriah

7 Februari 2017   12:02 Diperbarui: 7 Februari 2017   12:23 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bubur Ayam Murah Meriah (dok. pribadi)

Kalau saja malam itu kami tidak dilanda rasa lapar yang amat sangat, kami mungkin tidak akan menemukan tempat makan bubur ayam seenak ini. Lapar tapi lagi ‘tongpes’... kantong kempes, buat makan bertiga di ‘mall’, apalagi di resto-resto mewah! Walaupun bisa, asal pilih menu sesuai dana yang ada di dompet, tapi  tetap aja sayang, karena masih banyak keperluan lain yang harus segera  dipenuhi.

Akhirnya, ...’cring-cring’! Anak pun dapat ide membawa saya ke tempat bubur ayam. Katanya bubur ayam ini enak. Bubur ayam kaki lima, di spanduknya tertulis ‘Bubur Ayam Madura’, tebakan saya yang jualan mestilah orang Madura. Ternyata banyak juga pelanggannya. Cukup ramai saat kami tiba. Hampir tidak kebagian kursi saat mau makan di sana.

Saya pun memesan tiga mangkok, karena memang kami lagi bertiga. Saya dan dua orang gadis yang cantik-cantik.  Bubur pun segera terhidang hangat, bubur nasi plus bawang goreng plus kacang kedelai plus kerupuk dan emping plus kuah kaldu sedikit. Menu pelengkapnya sate hati ayam.

"Sluuurrppp!", bubur ayam ini sangat enak. Berbeda dengan rasa bubur ayam lainnya. Tiga mangkok bubur habis tuntas tanpa sisa, ditambah sepuluh tusuk sate...hehe. Semuanya tidak lebih dari lima puluh ribu rupiah, bahkan masih dapat kembalian. Bubur ayam yang murah-meriah, membuat kenyang sekaligus juga membuat sehat. Sehat dompet, sehat badan dan juga sehat pikiran.

 Sayangnya bubur ayam ini hanya ada di malam hari. Jadi kalau kami memang sudah berencana hendak makan bubur ayam ini. Saya pun sudah siap mengosongkan perut sejak siang...supaya bisa ‘ganas’ makan buburnya.

Dan buat anda yang tidak suka makan bubur, sayang sekali. Cepat ubah persepsi anda, tentang bubur!  Karena hidup hanya sekali, kenapa tidak mencoba menikmati bubur selagi ada yang menjual. Saya pernah merasakan betapa tersiksanya tidak bisa makan bubur ayam ini, gara-gara penjualnya pulang kampung ke Madura. Enam bulan mereka libur. Bayangkan 6 bulan saya harus menunggu! Sekarang mereka sudah kembali, saya siap ‘maksi’ lagi.

Ada yang mau ikut?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun