Mohon tunggu...
Luca Cada Lora
Luca Cada Lora Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Entrepreneur, vegan & energy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Biomassa: Rekayasa Siklus Karbon sebagai Energi Terbarukan

26 Agustus 2017   09:54 Diperbarui: 26 Agustus 2017   10:59 3344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Energy Triangle| Dokumentasi pribadi

Sadar atau tidak, sejak kecil kita sudah sangat dekat dengan energi terbarukan untuk menunjang kehidupan sehari-hari tanpa perlu menggunakan sistem yang modern. Bahkan untuk saat ini, orang pedesaan lebih sering menggunakan sumber energi terbarukan. Bagaimana tidak, mereka masih menggunakan kayu bakar sebagai energi untuk mengubah beras menjadi nasi, sedangkan kita sekarang menggunakan rice cooker dengan energi listrik yang masih didominasi oleh batubara. 

Pengertian energi terbarukan atau renewable energy ialah memanfaatkan energi yang berasal dari sumber-sumber alamiah yang jumlahnya tidak terbatas ataupun akan terus terbaharui, seperti biomassa. Pemanfaatan biomassa menjadi biogas telah dibahas secara mendetail pada artikel-artikel sebelumnya, seperti limbah POME dan kotoran peternakan, di artikel ini akan dibahas pemanfaatan biomassa yang berhubungan dengan kayu dan sejenisnya.

Biomassa merunut dari kata bio yang berasal dari makhluk hidup dan massa yang diartikan sebagai material. Sumber energi ini telah dimanfaatkan sejak puluhan ribu tahun yang lalu untuk kegiatan hidup manusia seperti pembuatan api unggun. Dekade ini, konsep api unggun tersebut telah direkayasa (engineered) menjadi sistem pembangkit listrik. Konsep energi terbarukan mengacu pada tiga aspek yang disebut segitiga energi. Dalam suplai energi ke para pengguna, ketiga aspek tersebut seharusnya terpenuhi untuk menjaga kestabilan lingkungan, pasar dan konsep keberkelanjutan (sustainability). 


Climate and Environtment berhubungan terhadap lingkungan dan iklim yang sering menjadi bahan kritikan utama oleh kebanyakan aktivits lingkungan jika menggunakan energi fosil. Penggunaan biomassa pada dimensi ini berkaitan dengan emisi yang dihasilkan selama pembakaran untuk mendapatkan energi panas yang akan dikonversi menjadi energi listrik. 

Di sisi lain, selama pertumbuhannya, biomassa tersebut telah menyerap emisi Karbon Dioksida (CO2) dari udara sekitar dengan proses fotosintesis. Proses ini membentuk sebuah siklus karbon tertutup yang disebut dengan carbon neutral. Penggunaan biomassa dalam sistem pembangkit listrik tentu akan mengurai jejak karbon dari energi fosil secara siknifikan. Tidak seperti energi fosil yang jejak karbonnya seharusnya terpendam di bawah tanah, malah terangkat ke permukaan sehingga menambah jumlah emisi karbon di udara.

Sumber energi panas dan listrik yang dihasilkan oleh biomassa terbilang andal dan stabil. Penggunaannya yang fleksibel seperti Combined Heat and Power Plants (CHPs) membuatnya mampu bersaing dengan sumber energi terbarukan matahari ataupun angin. Sumber energi ini dapat sustain jika pemanfaatannya diawasi dengan sistem perdagangan dan sertifikasi global, maksudnya adalah pemanfaatan biomassa tidak bisa seenaknya menggunakan pohon yang dilindungi ataupun belum tumbuh sempurna. 

Jika disandingkan dengan energi fosil, gas ataupun nuklir, biomassa terbilang lebih mahal dalam artian energi yang dihasilkan. Namun demikian, permintaan pasar yang semakin meningkat di sektor energi tersebut membuatnya mampu bersaing secara teknologi sehingga membuat harganya menurun yang berdampak pada biaya operasi yang minimum. Hal ini membuat biomassa menjadi energi yang kompetitif

Biomassa telah menjadi primadona sektor energi di Eropa. Pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik hingga tahun 2020 dapat dilihat pada gambar di atas. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi menggunakan biomassa menjadi incaran bagi para investor, dibandingkan sumber energi terbarukan lainnya.

Sistem pemanfaatannya tidak jauh berbeda dengan PLTP atau geothermal yang dibahas pada artikel sebelumnya. Perbedaannya hanya berada pada sumber bahan bakar atau pemanas ketel uap (boiler). Jika geothermal memanfaatkan panas dari perut bumi, biomassa akan menghasilkan panas jika dibakar pada ruang khusus yang dikontrol sehingga pembakarannya berlangsung secara efisien. Panas yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan air hingga membentuk steam bertekanan dan digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator sehingga menghasilkan energi listrik.

Pernahkah anda membayangkan kemana perginya serbuk gergaji kayu saat orang ingin membangun rumah, ampas tebu pada pabrik gula, dan bahan-bahan organik yang terbuang secara percuma ? Itu semua merupakan sumber biomassa yang sustain karena pemanfaatannya menggunakan limbah kegiatan tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun