Mohon tunggu...
Picky A Sugandhi
Picky A Sugandhi Mohon Tunggu... Lainnya - -

Mahasiswa Universitas Siber Asia - PJJ Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Soft Power dalam Konteks Pandemi Covid-19

27 Juli 2021   13:30 Diperbarui: 27 Juli 2021   13:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai sebuah krisis global, gelombang demi gelombang penyebaran pandemik Covid-19 semakin cepat menyebar dan meluas di berbagai negara seiring dengan bermutasinya virus tersebut dimana mutasi terbaru menjadi lebih menular dan berbahaya dibandingkan varian sebelumnya.

Sebagai salah satu dampak dari pandemi Covid-19 tersebut, banyak negara di dunia merubah prioritasnya, dimana sekarang sektor kesehatan menjadi prioritas utama demi menjamin keselamatan penduduknya. Selain dengan menetapkan berbagai protokol kesehatan untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran Covid-19, berbagai negara juga berlomba untuk dapat menghasilkan obat dan vaksin yang dapat membantu mengobati dan mencegah penularan virus tersebut ke depannya.

Beberapa negara yang telah berhasil membuat vaksin tersebut antara lain Amerika Serikat, Inggris, China dan Rusia dimana masing -- masing negara menyatakan bahwa vaksin buatannya mampu mencegah penularan virus Covid-19.

Tatanan dunia sebelum pandemi covid-19 yang cenderung menempatkan negara -- negara barat yang mayoritas merupakan negara berpendapatan tinggi sebagai kiblat dunia yang mampu mempengaruhi negara lain melalui kekuatan soft power-nya seketika berubah total setelah dunia dihantam oleh pandemik covid-19.

Dalam kondisi krisis yang dialami dunia, semua negara seakan - akan lebih mementingkan kepentingannya masing -- masing dalam mengamankan negaranya dari gelombang pandemi. Salah satunya tindakan yang mencolok adalah beberapa negara berpendapatan tinggi yang membuat perjanjian pembelian langsung dengan produsen vaksin.

Sehingga akibatnya negara -- negara yang dapat digolongkan sebagai negara berpendapatan menengah dan berpendapatan rendah mengalami kesulitan bahkan kekurangan suplai dalam mengakses obat dan vaksin untuk membendung gelombang penularan Covid-19.

Untuk mengatasi hal tersebut, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, ingin produsen memprioritaskan suplai vaksin untuk COVAX. COVAX merupakan pilar khusus yang dibentuk oleh WHO dan organisasi internasional lainnya dengan tugas menjamin akses vaksin Covid-19 yang adil untuk semua negara. COVAX  berupaya untuk memberikan vaksin untuk sekitar 20% dari populasi negara yang membutuhkan.

Selain melakukan pembelian langsung ke produsen, tindakan negara -- negara berpendapatan tinggi yang menolak bergabung dalam upaya yang dipimpin oleh Afrika Selatan dan India dalam rangka pengabaian Aspek Kekayaan Intelektual Terkait Perdagangan (TRIPS) di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait upaya mempermudah akses pembuatan vaksin sebagaimana ditulis oleh media Bisnis.com, semakin mempersulit negara -- negara non berpendapatan tinggi untuk mengakses vaksin secara cepat dan mudah.

Suhaib Siddiqi, mantan direktur kimia di Moderna, produsen salah satu vaksin pertama yang disetujui mengatakan bahwa dengan cetak biru dan saran teknis, berbagai pabrik vaksin modern seharusnya dapat memproduksi vaksin paling lama tiga sampai empat bulan.

Harus diakui bahwa perusahaan -- perusahaan swasta di negara -- negara berpendapatan tinggi merupakan salah satu yang berhasil menemukan vaksin Covid-19 yang cukup efektif secara cepat sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kemampuan soft power negara -- negara tersebut namun tanpa adanya pembagian akses yang adil dan cepat terhadap seluruh negara di dunia maka salah satu reaksi lanjutannya adalah terjadinya pergeseran bentuk geopolitik di dunia dan kompetisi yang semakin memanas antar negara dalam hal proyeksi soft power mereka ke negara -- negara lain.  

Dengan adanya kondisi demikian, beberapa negara seperti China dan Rusia justru bergerak cepat membantu negara -- negara berpendapatan menengah dan rendah dengan segera mendistribusikan vaksin buatan negara mereka kepada negara -- negara yang membutuhkan dan mengalami kesulitan mengakses vaksin Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun