Mohon tunggu...
Lubbi Ilmiawan
Lubbi Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Biotek UAJ

Hobi tenis meja

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi Serangan Jantung Menggunakan Enzim yang Berasal dari Kecap Asin

16 Juni 2022   12:17 Diperbarui: 16 Juni 2022   13:59 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Syahbanu F, et al.  Food Sci Technol 2020;40(2):458-65.

Penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke merupakan penyebab utama kematian penduduk dunia, yang mencapai hingga 31% dari total kematian. Penyebab utama terjadinya penyakit kardiovaskular yaitu terbentuknya trombus dalam pembuluh darah baik di jantung maupun saraf, yang sering disebut sebagai trombosis. 

Trombosis terjadi akibat akumulasi platelet, fibrin dan trombin yang menyebabkan terbentuknya plak aterosklerosis dan menimbulkan adanya sumbatan pada pembuluh darah. Ketika terjadi kerusakan pembuluh darah, maka trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin, yang merupakan komponen utama dari terbentuknya bekuan darah atau trombus. 

Pada kondisi normal, bekuan darah ini akan dihidrolisis oleh plasmin agar tidak sampai terjadi sumbatan pembuluh darah. Selama kondisi normal secara fisiologis, terjadi keseimbangan homeostatik antara pembentukan dan degradasi fibrin/bekuan darah. 

Namun pada kondisi tertentu, dapat terjadi ketidakseimbangan, yang menyebabkan terjadinya agregasi fibrin dan terjadi trombosis yang pada akhirnya mengakibatkan gejala pada berbagai penyakit kardiovaskular. 1,2,3

Fibrinolisis merupakan suatu proses pemecahan jaringan fibrin yang terjadi secara enzimatik dari bekuan darah oleh enzim fibrinolitik. Proses terjadinya fibrinolisis terjadi melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama, tissue plasminogen activator t-PA dan urokinase plasminogen activator u-PA mengubah plasminogen menjadi plasmin (serin protease) dan tahap kedua yaitu fibrin dipecah oleh plasmin menjadi fibrin degradation product (FDP), sehingga proses ini bisa mempertahankan aliran darah dengan cara melarutkan trombus yang terjadi. Pada orang sehat, regulasi fibrinolisis dicapai melalui regulator tertentu termasuk adanya inhibitor fibrnolisis dan inhibitor aktivator plasminogen.3

Enzim fibrinolitik merupakan terapi yang banyak digunakan untuk mengatasi terjadinya trombosis pada berbagai penyakit kardiovaskular. Berdasarkan fungsinya, enzim fibrinolitik ini dibagi menjadi 2 kelompok, yang pertama yaitu yang berfungsi sebagai plaminogen activator (misalnya tissue-type plasminogen activator t-PA, urokinase plasminogen activator u-PA), yang akan mengubah plasminogen menjadi plasmin aktif yang berfungsi untuk degradasi fibrin. 

Sedangkan kelompok kedua yaitu plasmin like protein (misalnya streptokinase, lumbrokinase, nattokinase, fibrolase), yang bekerja dengan cara mendegradasi fibrin secara langsung, sehingga dapat melarutkan trombus secara lengkap. Selain itu, berdasarkan cara pemberiannya, fibrinolitik juga bisa dikelompokkan menjadi 2 juga yaitu yang diberikan secara oral dan yang diberikan secara injeksi intravena.1,2,3,4  

Beberapa enzim fibrinolitik telah ditemukan/didapatkan dari berbagai organisme, mulai dari mikroorganisme seperti bakteri, jamur, algae, maupun non-mikrobial seperti dari tanaman, hewan (cacing), parasit, makanan fermentasi, dll. 

Sebagai contoh yang didapatkan dari bakteri yaitu enzim streptokinase dari bakteri Streptococcus hemolyticus, staphylokinase dari bakteri Sthapylococcus aureus, nattokinase dari bakteri Bacillus natto,  subtilisin DFE dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens, dll. Bakteri yang banyak digunakan sebagai sumber enzim fibrinolitik terutama bakteri dari genus bacillus. 

Banyak studi yang telah dilakukan untuk optimasi dalam mendapatkan enzim fibrinolitik dari bakteri ini, diantaranya dengan cara fermentasi (termasuk fermentasi solid-state dan submerge), mutagenesis, rekombinasi, pendekatan statistik, teknik kloning gen, dll. 

Al Farraj, 2020 menggunakan pendekatan statistik untuk optimasi produksi enzim fibrinolitik hingga 3,5 kali lipat dari bakteri Bacillus flexus yang sebelumnya menggunakan teknik fermentasi solid state. Yao, 2018 telah menggunakan kloning gen untuk mendapatkan aktivitas enzim fibrinolitik yang lebih tinggi, yaitu gen rAprEBS15, yang diisolasi dari bakteri Bacillus pumilus BS15.3,4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun