Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Megahnya Gereja Merah, Peninggalan Zaman Kolonial Belanda di Kota Kediri

20 Maret 2018   13:38 Diperbarui: 23 Maret 2018   16:03 3816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megahnya Gereja Merah di Kota Kediri (foto: Luana Yunaneva)

Suatu bangunan bisa dikatakan unik, kalau memiliki sesuatu yang berbeda dibandingkan bangunan lainnya. Entah dari segi desain, warna maupun tema yang diusung. Nah, kalau Anda suka jalan-jalan dan mengeksplorasi bangunan-bangunan yang unik, Kota Kediri, Jawa Timur tentu saya rekomendasikan buat Anda.

Kalau Anda datang dari Kota Surabaya maupun Kota Malang, coba Anda melewati jembatan kecil yang konon usianya sudah cukup tua, namun masih bisa digunakan para pengendara sepeda motor dan mobil pada jam-jam tertentu. 

Setelah melalui Pasar Bandar yang berada di sebelah barat sungai, langsung saja ambil jalur ke utara, tepatnya Jalan KDP Slamet.

Tak usah mengendarai kendaraan terlalu cepat karena Anda akan segera menemukan sebuah gereja yang dicat dengan warna merah bata di sebelah kiri jalan. Ya, gereja yang menjulang tinggi itu bernama Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel. 

Warnanya yang unik membuat siapapun - kecuali warga lokal Kediri mungkin - yang melewati kawasan ini  ingin berhenti sejenak dan melihat dengan penuh tanya,

"Bangunan apakah ini?" 

Berkat warna dominannya pula, masyarakat Kediri menyebut bangunan ini sebagai "Gereja Merah".

Bangunan Gereja Merah Tampak Luar (foto: Luana Yunaneva)
Bangunan Gereja Merah Tampak Luar (foto: Luana Yunaneva)
GPBI Immanuel Kediri dibangun oleh orang-orang Belanda pada tahun awal abad ke-19. Momentum tersebut diabadikan melalui penandatanganan Dominus atau Pendeta J.A. Broers pada sebuah prasasti, 21 Desember 1904. 

Koster GPIB Immanuel Kediri, Lorens Hendrik menjelaskan, ini merupakan langkah awal pembangunan gereja untuk jemaat Protestan yang ada di Kota Kediri dan sekitarnya.

Bangunan gereja ini tak hanya megah ketika dipandang dari luar tetapi juga tetap memiliki unsur sakral seperti rumah ibadah pada umumnya. Selain itu, jemaat yang beribadah di tempat ini seakan mampu merasakan atmosfer beribadah pada masa lampau. Sensasi ini pun saya nikmati ketika memasuki Gereja Merah.

Bagian dalam bangunan gedung masih dipertahankan keasliannya, mulai jendela, mimbar, tangga dan ornament bangunan. Kalau pun ada sedikit modifikasi, tentu tidak banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun