Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Lukis Wajah Pakai Bahan Makanan, Seniman Perancis ini Hadir di Bandung

8 November 2016   00:21 Diperbarui: 9 November 2016   10:15 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pengunjungi mengamati foto lukisan Enora dengan seksama (dokpri)

Sore itu saya begitu bersemangat untuk meninggalkan kantor, begitu bel pulang kerja berbunyi. Ada agenda yang sudah saya catat beberapa hari sebelumnya, yakni saya harus menghadiri Pembukaan Pameran Fotografi “Eat It!” karya seniman asal Prancis, Enora Lalet, Kamis sore 3 November 2016.

Apa keistimewaan Enora Lalet?

Enora Lalet sedang berkarya (sumber: Facebook Enora Lalet)
Enora Lalet sedang berkarya (sumber: Facebook Enora Lalet)
Berbeda dengan seniman-seniman pada umumnya yang menggunakan cat air dan minyak untuk berkarya, Enora justru memanfaatkan makanan sebagai “senjatanya”, mulai spaghetti, kecambah, teh hitam, kulit lemon sampai kue tart.

Media yang dilukis juga bukan kanvas, kertas, tembok atau sejenisnya, melainkan wajah manusia. Bisa dibayangkan dong, betapa rumit teknik yang digunakan. Kaum hawa saja bisa bete seharian hanya karena melukis alisnya sendiri dengan tidak sama panjang dan tingginya antara kanan dan kiri, apalagi kalau “make up”-nya berupa bahan makanan yang – bisa dipastikan – membuat wajah terasa tidak nyaman. Entah itu lengket, bau, atau justru ingin memakannya karena lapar, hehehe.

Sebelumnya, pameran yang sama sudah diadakan di Surabaya, September 2016 lalu. Bertempat di Auditorium IFI Surabaya, saya sempat melihat dan mendokumentasikan karya-karya Enora yang membuat tercengang. Kok bisa ya, dia punya ide seperti ini, begitu pikir saya. Selengkapnya, baca di sini.

Namun sayang, pertanyaan tersebut tak dapat saya lontarkan langsung karena Enora pun tidak datang ke Surabaya. Beruntung, tak lama sesudah saya mempublikasikan tulisan tersebut, saya mendapatkan informasi bahwa Enora akan datang ke Bandung. Praktis, saya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dan berbincang dengannya.

Singkat cerita, saya langsung mendatangi NuArt Sculpture Park, Bandung, yang di tunjuk sebagai tempat penyelenggaraan pameran. Kedatangan saya ke lantai dua, disambut dengan iringan musik jazz yang dimainkan secara live sehingga ada sensasi berbeda yang dapat saya rasakan. Dari luar tampak sejumlah warga asli Perancis sedang berbincang-bincang. Saya yakin, Enora berada di tengah-tengah mereka.

Tak ingin terburu-buru, saya pun menikmati foto lukisan yang dipamerkan. Karya yang dipajang sama seperti di pameran sebelumnya di Surabaya. Bedanya, tempat ini lebih kondusif, didukung pencahayaan yang bagus. Namanya juga galeri seni yang memang difasilitasi secara maksimal.

Salah satu sudut Pameran Fotografi
Salah satu sudut Pameran Fotografi
Seorang pengunjung tengah mengamati foto lukisan Enora dengan seksama dalam Pameran Fotografi
Seorang pengunjung tengah mengamati foto lukisan Enora dengan seksama dalam Pameran Fotografi
Dua karya Enora yang dipamerkan di Kota Bandung (dokpri)
Dua karya Enora yang dipamerkan di Kota Bandung (dokpri)
Dua karya Enora yang lain (dokpri)
Dua karya Enora yang lain (dokpri)
Detail karya yang dipamerkan dan aneka bahan makanan yang digunakan, bisa dilihat di sini.

Tak lama, saya bertemu dengan Marie, mahasiswi asal Prancis yang mengajar di IFI Bandung sebagai bagian dari kuliah praktiknya. Kami berbincang sebentar, kemudian berkenalan dengan beberapa orang.

Tak disangka, bermodalkan nekat, ada wanita cantik yang memberikan senyum ramahnya dengan sapaan, “Bonjour,” yang berarti halo. Kami pun berkenalan. Dia adalah Direktur Pemasaran CLE International, Evelyne Mazallon. Kesempatan langka bertemu pemangku kepentingan di salah satu penerbit ternama di Perancis pun tak saya sia-siakan untuk berbicang dan berfoto bersama.

Kesempatan berfoto dengan La Directrice Commerciale chez CLE International, Madame Evelyne Mazallon (kiri) dan mahasiswi program master asal Prancis yang sedang praktik mengajar di IFI Bandung, Mademoiselle Marie (kanan) (dokpri)
Kesempatan berfoto dengan La Directrice Commerciale chez CLE International, Madame Evelyne Mazallon (kiri) dan mahasiswi program master asal Prancis yang sedang praktik mengajar di IFI Bandung, Mademoiselle Marie (kanan) (dokpri)
Cukup puas mengobrol, kami kembali menikmati pameran foto Enora. Dilanjutkan menikmati makanan ringan dan minuman di balkon samping, juga menonton film pendek di lantai yang berbeda. 

Film yang disiapkan pihak NuArt Sculpture Park mengisahkan tentang kerinduan pemiliknya untuk menyediakan galeri seni yang bermanfaat untuk banyak orang, serta filosofi budaya di Tanah Air. Bahasa yang digunakan dalam film berdurasi sekitar 15 menit tersebut adalah bahasa Indonesia, dengan subtitle bahasa Inggris.

Cuplikan film dari NuArt Sculpture Park (dokpri)
Cuplikan film dari NuArt Sculpture Park (dokpri)
Cuplikan film dari NuArt Sculpture Park (dokpri)
Cuplikan film dari NuArt Sculpture Park (dokpri)
Cuplikan film dari NuArt Sculpture Park (dokpri)
Cuplikan film dari NuArt Sculpture Park (dokpri)
Sesudah menonton film pendek di bioskop mini yang apik, kami semua kembali ke ruang pameran. Karena pameran foto ini cukup langka, saya ingin berfoto di sini. Jadilah saya meminta tolong kepada Sara, pengunjung pameran yang menjadi teman baru untuk mendokumentasikannya melalui kamera ponsel. Ketika tengah berpose, tiba-tiba muncullah Enora dan ia mempersilakan saya berfoto di depan karyanya.

Namun berhubung naluri jurnalisme muncul dan khawatir kehilangan sosok yang dinanti, saya pun segera menyapa dan berkenalan dengannya. Wanita yang mengenakan dress batik itu membalas sapaan dengan hangat dan senyum lebar. Tak ditunjukkan wajah lelahnya, meski ia baru tiba di Bandung sehari sebelumnya..

Lulusan Université Victor Segalen Bordeaux 2 dan Université Michel de Montaigne Bordeaux 3 itu mengaku, pemilihan Indonesia sebagai salah satu tujuan pameran fotonya tidak lepas dari kecintaannya terhadap Tanah Air kita. Dikatakannya, Indonesia banyak memberikannya inspirasi dalam berkarya. Tentu, hal ini tidak lepas dari kekayaan yang luar biasa, baik seni, budaya, arsitektur maupun kulinernya.

Ketika saya menanyakan, kesenian apakah yang paling menginspirasinya, ia menjawab singkat. Semuanya. Wanita kelahiran 26 Mei 1986 itu menjelaskan kecintaannya pada budaya Jawa yang sangat kaya dan memiliki banyak cerita. Ia bahkan sempat menyebutkan tiga kota di provinsi berbeda, yakni Kota Bandung, Surabaya dan Yogyakarta.

Selain Pulau Jawa, Enora juga tak menampik bahwa ia juga sangat menyukai Sulawesi. Ia merasa nyaman bisa tinggal di sana. Enora yang fasih berbahasa Indonesia ini juga mengaku, setelah meninggalkan Kota Bandung, ia akan membuka pameran foto selanjutnya di Medan dan Bali.

Saya berfoto dengan Enora Lalet di depan karyanya. Gayanya hangat, penampilannya pun bersahaja (dokpri)
Saya berfoto dengan Enora Lalet di depan karyanya. Gayanya hangat, penampilannya pun bersahaja (dokpri)
Kehadiran Enora ke Indonesia ini berhubungan dengan kegiatan Fête de la Science atau Pesta Sains yang diadakan Institut Français Indonesia (IFI). Mengangkat tema Makanan dan Kita, Pesta Sains ketiga ini diadakan di sembilan kota, yakni Surabaya, Malang, Jombang, Makassar, Jogjakarta, Jakarta, Bandung, Denpasar dan Medan, mulai September hingga Desember 2016.

Selain Pameran Foto “Eat It!” milik Enora Lalet, Pesta Sains 2016 juga mengadakan acara utama berupa pameran interaktif “Bon Appétit” atau “Selamat Makan”. Kegiatan ini bekerjasama dengan pusat budaya sains dari Prancis, Cité Nature. Pameran ditampilkan berkeliling seluruh di jaringan IFI, mulai Surabaya (2-17 September), Jogjakarta (23 September-8 Oktober), Jakarta (14-29 Oktober) hingga Bandung (3-18 November), serta Alliance Française (AF) Medan (11-19 November) dan Denpasar (27 November-10 Desember).

Bandung, 8 November 2016

Luana Yunaneva

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun