Mohon tunggu...
L. T. Handoko
L. T. Handoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Periset

Saya hanya seorang peneliti biasa yang penuh dengan rasa keingintahuan dan obsesi untuk membuat aneka invensi dalam riset bersama grup kecil saya di LIPI yang kemudian diintegrasikan ke BRIN. Info detail silahkan kunjungi http://lt.handoko.id.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mungkinkah mengintip pembentukan materi nano secara mekanis ?

28 Mei 2011   15:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_141822" align="alignright" width="220" caption=""][/caption]

Ini merupakan artikel pertama saya tahun ini, sekaligus menambah koleksi artikel di kategori "komputasi lanjut"...;-). Cerita ini sekaligus sebagai contoh bagaimana sinergi alami bisa terjadi antara kelompok penelitian yang (sama sekali) berbeda, yaitu antara grup teori saya dengan grup eksperimen nano Nurul Taufiqu Rochman dkk di P2 Fisika Serpong. Karena kajian teori untuk produksi material nano secara mekanis ini diinspirasi oleh masalah pelik yang dihadapi mereka untuk mengurangi proses try and error yang bisa tidak selesai sampai kiamat kalau diteruskan...;-(

Nano, nano, nano dan nano... Apapun dewasa ini mengadopsi istilah nano, bahkan meski adakalanya untuk hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan skala nanometer (1 nm = 10-9 m). Skala nano adalah skala terkecil (?!) yang dewasa ini mampu dicapai oleh aplikasi teknologi hasil peradaban modern manusia. Skala ini hanya satu orde di atas ukuran 1 atom, yaitu 1 Ã… (Angstrom) = 10-10 m. Sehingga ukuran 1 nm hanya sekumpulan beberapa atom ! Banyak sekali aplikasi teknologi pada dekade terakhir yang memanfaatkan aneka rekayasa serta karakteristik unggul pada skala nano. Khususnya aneka rekayasa teknologi material di berbagai bidang, seperti teknologi chip, superkonduktor, material baru, dsb.

Klaim atas teknologi maupun kegiatan riset pada skala nano sudah mendominasi hampir semua aspek kehidupan. Karena menurut NNI (National Nanotechnology Initiative) dari Amerika teknologi nano didefinisikan sebagai aneka rekayasa teknologi di skala 1 ∼ 100 nm [1]. Sehingga teknologi pada orde sub-mikron (1 μm = 10-6 m) juga masuk dalam ranah teknologi nano. Perlu diingat 'teknologi' disini tidak hanya berarti rekayasa teknik, tetapi juga rekayasa hayati termasuk bioteknologi. Meski sebenarnya tanpa istilah teknologi nano sekalipun, sudah semenjak awal rekayasa hayati terlebih di level protein maupun DNA sudah mencapai skala nano. Seperti diulas di artikel Deskripsi dinamika biomateri elementer ala fisika partikel elementer, rantai DNA hanya berukuran beberapa nanometer baik panjang maupun lebarnya. Sedangkan protein masih dalam skala sub-mikron. Sehingga jelas bahwa biteknologi adalah pelopor rekayasa teknologi nano...;-)

Produksi material nano secara mekanis

Material nano bisa diproduksi dengan beragam cara, meski secara umum bisa dibagi menjadi dua :


  1. Top-down : produksi dilakukan dengan "menghancurkan" materi masif sampai menjadi berukuran nanometer. Proses ini antara lain dilakukan dengan peralatan mekanis, seperti penumbuk, penggiling dan sejenisnya.
  2. Bottom-up : produksi dilakukan dengan "membentuk" materi berukuran nano dari beragam molekul, misalnya secara kimiawi.


Pilihan atas metode yang diambil tergantung pada kebutuhan serta karakteristik bahan awal maupun hasil jadi yang diinginkan.

Riset yang kami lakukan fokus pada metoda mekanis. Karena metoda mekanis ini menyimpan problem besar terkait dengan standar keberhasilan serta hasil yang sulit diukur. Sulit diukur karena melibatkan alat mekanis berupa penggiling tertutup dengan gerakan yang acak. Standar keberhasilan yang rendah dalam arti hasil yang dicapai sulit diprediksi, dan harus dilakukan proses try and error dengan ruang parameter yang sangat luas (ukuran awal materi, jumlah materi, kecepatan alat, dsb). Dilain pihak proses pembuatan mekanis ini bisa memakan waktu lama, antara beberapa jam sampai berhari-hari tergantung kepada konfigurasi alat serta jenis material awal.

Lebih jauh lagi, kasus yang diteliti oleh grup kami adalah proses penggilingan mekanis dengan metode ball-mill (BM). BM banyak sekali jenisnya dengan beragam ukuran serta kapasitas sesuai kebutuhan. Teknologi ini mengadopsi teknologi penggilingan biasa dengan memasukkan bola-bola yang bergerak bebas di dalamnya untuk mempercepat proses penghancuran material seperti bisa dilihat di gambar [2]. Sistem ini serupa dengan alat penggiling makanan di rumah, hanya dibedakan dengan bola penghancur yang bergerak bebas, sedangkan alat penggiling makanan memakai bilah-bilah yang terikat permanen.

Seperti telah disinggung di atas, gerakan dan mekanisme penghancuran di dalam tabung penggiling (vial) di BM tidak bisa diamati. Karena sulit meletakkan aneka sensor di sekeliling, dan terlebih di dalam, tabung yang senantiasa bergerak dengan kecepatan tinggi dan mengeluarkan panas dengan suhu yang cukup tinggi. Meski demikian telah banyak usaha untuk memodelkan proses dan dinamika penggilingan untuk mengurangi luasnya ruang parameter, sehingga bisa meningkatkan efisiensi tanpa harus banyak melakukan try and error.

Pemodelan yang dilakukan selama ini berbasis gerak mekanis dari bola serta bubuk material yang digiling, dikaitkan dengan proses tumbukan di antara mereka ditambah dinding tabung. Dalam model ini dilakukan konstruksi persamaan gerak dari seluruh materi yang ada dengan mengasumsikan beragam jenis gaya yang dianggap penting di dalam sistem, seperti gaya gesek, gaya impak dan sebagainya. Sehingga akan diperoleh satu set persamaan gerak yang melibatkan multi partikel. Tentu saja persamaan gerak ini menjadi persamaan non-linier yang tidak bisa dipecahkan solusinya secara analitik. Untuk itu dilakukan komputasi secara numerik untuk mensimulasikan gerakan di dalam tabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun