Mohon tunggu...
Latifa Ramadhani
Latifa Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Tertarik untuk belajar menjadi lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengaku Bukan Negara Tempe, Namun Masih Impor Bahan Baku Tempe?

21 September 2022   10:50 Diperbarui: 21 September 2022   11:05 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Data : Badan Pusat Statistik

Kita bukan bangsa tempe, demikian ujar Presiden Soekarno dalam suatu pidatonya. Pada pidato tersebut, Presiden Soekarno menegaskan bahwa bangsa Indonesia bukan merupakan bangsa yang lembek seperti tempe, atau dapat diartikan juga sebagai bangsa yang tidak punya semangat.   

Meskipun diumpamakan begitu, tempe merupakan salah satu makanan tradisional bergizi tinggi favorit rakyat Indonesia. Tempe terbuat dari fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan lainnya. Selain sebagai bahan pembuatan tempe, kedelai juga menjadi bahan dasar pembuatan tahu, kecap, oncom, susu kedelai, dan berbagai olahan lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata konsumsi tahu dan tempe per kapita di Indonesia sebesar 0,304 kilogram (kg) setiap minggu pada 2021. Angka tersebut naik 3,75% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 0,293 kg setiap minggu. Selain itu, berdasarkan data BPS tahun 2019 beberapa tahun terakhir kebutuhan kedelai nasional sebesar 3,4-3,6 juta ton per tahun. 

Dalam Outlook Kedelai 2020, Kementerian Pertanian menyebutkan, peningkatan konsumsi kedelai didorong turunnya daya beli masyarakat. Resesi ekonomi menyebabkan kemampuan masyarakat membeli protein hewani menurun. 

Alhasil tempe dan tahu menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein. Selain itu, peningkatan konsumsi kedelai diprediksi karena masyarakat menengah ke atas makin banyak yang menerapkan gaya hidup vegan. Mereka lebih mengutamakan menu makanan dari sayur dan buah-buahan. 

Meskipun terkenal sebagai makanan yang merakyat, namun nyatanya bahan baku dari tahu dan tempe masih diimpor dari negara lain. Berdasarkan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan strategis Nasional periode Januari-Maret 2021, stok akhir kedelai Indonesia pada Desember 2021 mencapai 411.975 ton. 

Sementara itu, Data Prognosa Neraca Komoditas Pangan Strategis Kementerian Pertanian yang dipaparkan dalam rapat kerja rapat kerja Kementerian Pertanian bersama Komisi IV DPR RI bulan Maret tahun 2022 lalu menunjukkan, produksi kedelai dalam negeri hanya mampu menutupi tak sampai 10 persen dari total kebutuhan nasional pada 2022.

Dalam data tersebut, pemerintah memproyeksikan produksi kedelai dalam negeri hanya sebesar 200.315 ton. Sementara itu, kebutuhan kedelai dalam negeri diperkirakan mencapai 2.983.511 ton pada tahun ini. Itu artinya, produksi kedelai dalam negeri tahun ini diperkirakan hanya sekitar 6,8 persen dari kebutuhan nasional.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan sekitar 86,4% kebutuhan kedelai di dalam negeri berasal dari impor. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BPS, volume impor kedelai selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan dan penurunan.

Selama 5 tahun terakhir, volume impor kedelai terendah terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar 2,475 juta ton. Sedangkan volume impor kedelai tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 2,671 juta ton. Selama tahun 2021 impor kedelai Indonesia sebesar 2,489 juta ton. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun