Mohon tunggu...
LPM EDENTSFEB
LPM EDENTSFEB Mohon Tunggu... Jurnalis - Lembaga

Lembaga Pers Mahasiswa FEB Undip

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimalisasi Pendidikan melalui Kegiatan Literasi Digital Guna Mewujudkan SDGs

8 November 2019   23:33 Diperbarui: 8 November 2019   23:41 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) salah satu upayanya adalah mengoptimalkan pendidikan yang dilakukan melalui kegiatan literasi, akan tetapi budaya literasi di Indonesia masih sangat minim. Hal tersebut terlihat dari minat baca yang relatif rendah. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In The World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara tentang minat baca.

Mengajak masyarakat membaca harus menyesuaikan karakternya. Sebab jika dilihat budaya membaca masyarakat sekarang cenderung lebih intens di dunia maya. Masyarakat kini lebih nyaman membaca bahan bacaan berbasis elektronik seperti e-book, e-journal,e-paper dan lainya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di era moderen harus ada konversi makna dari manual ke digital. Kegiatan literasi tidak boleh disempitkan dengan hanya sekadar membaca. Lipton dan Hubble (2016 ;13) menjelaskan literasi dalam pengertian modern mencakup kemampuan berbahasa, berhitung, memaknai gambar, melek komputer dan berbagai upaya memperoleh ilmu pengetahuan. Artinya, aktivitas manusia dan usaha mendapat ilmu pengetahuan adalah bentuk literasi. Bisa menonton televisi, membaca berita online, atau menonto video  di youtube.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penylenggara Jasa Internet Indonesia ( APJI) bersama dengan Pusat Kajian Komunikasi (Pusakom) Universitas Indonesia, total jumlah pengguna internet di Indonesia per awal 2015 adalah 88.1 juta orang. Akan tetapi, sesuai dengan riset yang dilansir oleh wearesocial.sg pada tahun 2017 tercatat ada sebanyak 132 juta pengguna internet di Indonesia dan angka ini tumbuh sebanyak 51 persen dalam kurun waktu satu tahun. Dengan pesatnya perkembangan aktivitas internet ternyata tidak menjamin suatu negara sudah melek aksara atau litersi. Berdasarkan data dari BPS ( Badan Pusat Statistik) ternyata masih terdapat 1.157.703 penduduk laki-laki dan 2.258.990 penduduk perempuan yang masih buta aksara. Buta aksara atau buta literasi disebabkan kualitas berliterasi yang rendah karea literasi adalah pengetahuan terstruktur bukan sekadar mendapat informasi saja. Hal itulah yang seharusnya menjadi fokus literasi. Saat ini masyarakat membutuhkan program- program percepatan literasi dan revolusi literasi. Apalagi masyarakat milenial selalu praktis dan instan dalam mengonsumsi berita. Masyarakat cenderung tidak mau klarifikasi, dan asal membagikan berita yang viral dan heboh.

Keadaan literasi yang tidak baik, dapat diperbaiki pemerintah dengan menggenjot Publikasi Ilmiah (Kemenristekdikti) dan Gerakan Indonesia Membaca (Kemendikbud). Akan tetapi di era moderen ini literasi harus direvolusi untuk mencerdaskan masyarakat milenial. Hal tersebut dapat dilakukan dengan  program akselerasi literasi yaitu melalui literasi digital.

Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada serta tidak bisa dilepaskan dari kegiatan literasi, seperti membaca dan menulis, serta matematika yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, literasi digital merupakan kecakapan (life skills) yang tidak hanya kemampuan untuk mengguankan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran dan memiliki sikap berfikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.

Literasi sudah harus fokus pada aspek digital bukan pada literasi manual. Digital bukan hanya sekadar era, melainkan sudah menyatu dengan kemampuan literasi itu sendiri tentang bagaimana masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan secara cepat namun tetap bijak dan beretika. Percepatan program akselerasi literasi dapa dilakukan melalui beberapa langkah yaitu :

1. Pemahaman paradigma literasi yang tidak hanya membaca dan bahan bacaan tidak hanya manual, melainkan juga digital. Literasi tidak hanya kemampuan membaca dan menulis namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan berbentuk cetak, visual,digital dan auditori. Diharapkaan media digital yang ada dapat memberikan konten-konten positif yang mendidik sehingga pengetahuan dan wawasan masyarakat dapat lebih luas.

2. Pemenuhan akses internet di semua wilayah. Meski kini kita berada di 'benua maya', namun masih banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa mengakses internet. Dengan menyediakan akses internet, maka literasi digital akan semakin mudah.Suatu tempat yang tidak ada perpustakaan juga bisa diganti dengan e-library. Dalam hal ini sangat diperlukan antusiasme dari masyarakat untuk senantiasa belajar bagaimana cara mengakses internet, khususnya untuk masyarakat yang berada didaerah yang tertinggal.

3. Implementasi konsep literasi disemua lembaga pendidikan. Kemendikbud (2017:2) merumuskan gerakan literasi secara komprehensif. Yaitu literasi dasar (basic literacy), literasi perpustakaan (library literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), dan literasi visual (visual literacy). Selama ini, yang mendapat akses pengetahuan literasi hanya pelajar, mahasiswa, guru,dosen, petugas perpustakaan dan lainya. Maka gerakan literasi yang digagas Kemendikbud harus didukung. Mulai dari literasi dalam keluarga, sekolah dan gerakan literasi nasional.

4. Menumbuhkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, kebenaran dan fakta. Hal itu tentu harus terwujud dalam kegiatan membaca yang diimbangi validasi, baik membaca digital atau manual.

5. Masyarakat harus mengubah gaya hidupnya yang berawal dari budaya lisan, menjasi budaya baca. Rata-rata masyarakat tidak membaca karena kesibukan pekerjaan, tidak suka membaca dan tidak adanya bahan bacaan.Bahkan, mereka tidak tau bahan bacaan berkualitas seperti apa. Disinilah perlu adanya edukasi literasi kepada masyarakat secara luas. Harus ada budaya baca yang diciptakan keluarga dan kelompok masyarakat daripada 'nobrol doang' yang tidak ada gunanya.

Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan isu provokatif, menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif. Membangun budaya literasi digiatal perlu melibatkan peran aktif masyarakt secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapain dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Selain itu dengan adanya literasi digital diharapkan masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dapat memahami peranannya dalam mensukseskan  optimalisasi pendidikan yang merata dan berkualitas sekaligus mewujudkan Sustainable development Goals (SDGs).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun