Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harga Minyak Turun, Persekongkolan Arab Saudi-Amerika ?

23 Desember 2014   18:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:37 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turunnya harga minyak dunia membuat senang pengguna motor, mobil dan pengusaha yg menggantungkan usahanya menggunakan "emas hitam" ini. Kegembiraan dirasakan penduduk di negara yang pemerintahnya tidak mensubsidi harga minyak dan menjadi pengimport seperti di eropa. Diuntungkan karena harga mengikuti pasar, harga pasar turun nilai jualnya jg rendah. Di Jerman saja harga perliter apalagi mendekati musim libur natal yang biasanya tinggi mencapai sekitar 1,70 seperti tahun lalu, saat ini hanya berkisar 1,30 euro.

Namun sebaliknya bagi sebagian negara khususnya pengeksport minyak yang tidak siap menghadapi turunnya harga ini, menjadi musibah. Apalagi negara yg sangat menggantungkan hidupnya dari penjualan minyak. Sebagai contoh Rusia yang tengah memasuki masa krisis dan nilai mata uang Rubel mengalami terjun bebas. Begitu pula dengan Iran dan Venezuela. Iran mengandalkan pemasukan negaranya hampir 70% dari minyak. Akibat turunnya harga dengan sendirinya uang yang masuk ke kas negara jauh berkurang.

Apakah minyak telah digunakan sebagai senjata untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara tertentu ? Berbagai macam teori muncul menyikapi fenomena turunnya harga minyak yang dianggap tidak lazim ini.

Konspirasi Arab Saudi- Amerika

Apakah saat ini yang terjadi adalah perang minyak global yang terjadi antara koalisi Saudi Arab-AS dan disisi lain Rusia-Iran ? Menurut kolumnis New York Times, Thomas Friedman, orang tidakbisa mengatakan dengan pasti apakah kerjasama antara Saudi dan Amerika dalam perdagangan minyak hanyalah suatu kebetulan saja, namun jika itu ada kesengajaan tujuannya dipastikan untuk membuat presiden Rusia Putin dan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khameni mengalami kebangkrutan membiayai negaranya. Dengan harga minyak yang rendah perekonomian di negara tersebut akan mengalami goncangan, apalagi sangsi2 boikot yang masih diberlakukan pada kedua negara tersebut.

Profesor ekonomi dari universitas Harvard, Martin Feldstein, mengatakan bahwa turunnya harga minyak ini menyebabkan negara-negara seperti Venezuela, Iran dan Rusia termasuk yang paling dirugikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketiga negara tersebut bukanlah termasuk teman atau sekutu dari Amerika. Apakah Saudi dan Amerika telah sengaja melakukan perencanaan ini ? Fakta, pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada bulan November, Arab Saudi menolak untuk memangkas produksi minyak mentah hingga mengakibatkan harga terus merosot. Bagi negara seperti Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, Katar, Kuwait dan UAE yang memiliki cadangan kas negara besar tidak begitu bermasalah. Diperkirakan dengan jumlah kas besar masih akan bisa bertahan hingga 2 tahun kedepan akibat turunnya harga minyak.

Hubungan antara Saudi Arab dengan Iran selain masalah faham agama yg berbeda dan perebutan penanaman pengaruh di negara teluk telah membuat keduanya sering berkontroversi. Iran dikenal sebagai negara syiah yang sangat menggantungkan pendapatannya dari hasil minyak. Dengan turunnya harga minyak ini diharapkan perekonomian negara tersebut akan melemah. Dengan lemahnya perekonomian dalam negeri pengaruh Iran pada lingkaran negara-negara seperti Yaman, Libanon, Suriah, Irak dan Bahrain juga akan berkurang.

Dilain sisi Rusia yang selama ini dikenal menjadi pendukung pada pemerintahan Assad di Suriah diharapkan akan menghentikannya. Setelah sangsi pemboikotan negara Barat pada negara beruang merah ini karena keterlibatannya dalam konflik Ukraina, ditambah turunnya harga minyak dunia diharapkan semakin melemahkan perekonomiannya. Konskwensi yang harus diambil dengan menarik dukungannya pada pemerintah Assad di Suriah.

Presiden Bolivia, Evo Morales dengan terang-terangan telah menuding Amerika sebagai penyebab turunnya harga minyak. Dalam wawancara TV yang dikutip stasiun Voice of Russia mengatakan bahwa turunnya harga minyak bukanlah suatu yg tidak disengaja. Namun ini sudah direncanakan secara terbuka untuk melawan Venezuela dan Rusia.







Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun