Mohon tunggu...
Nurhalia Manullang
Nurhalia Manullang Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Universitas Pelita Harapan

Make Your Own Mark Menulis Menulis dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seratus Masalah, Seribu Solusi

3 November 2018   21:24 Diperbarui: 12 Januari 2021   21:43 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara bingung dan cemas berkecamuk di dalam pikiranku. Namun, aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus berusaha mencari solusi sebab setiap masalah ada solusinya. Kurogoh handphoneku yang baterainya tersisa 27%,  lalu mengontak rekan-rekan di penginapan. Mereka berjanji akan menjemput menggunakan mobil sedan berkapasitas 4 orang tetapi  2 jam 15 menit kemudian. Aku sempat kuatir karena Kevin mengidap penyakit asma.

"Bagaimana ini Ka Anggi? Aku takut!" protes Kanaya sambil memencet-mencet handphonenya berharap ada sisa sedikit baterai. Suasana hatinya sedang kacau, dan itu tidak bisa dibohongi. Mimiknya terlihat kesal dan menyesal telah memenuhi permintaan Anggi.

"Sabar, sebentar lagi juga mobilnya diperbaiki." balas Anggi. Tangannya tetap menggenggam handphone sembari merekam ketegangan saat itu. "Percaya samaku." tambahnya begitu percaya diri. Ia terlalu bersemangat melihat kurkus yang sedang duduk di depan sarangnya sehingga ia pun tergelincir.

"Haha!" tawa Kanaya hanya seketika dan langsung reda karena tatapan tajam Anggi sehingga Kanaya berhenti meledeknya.

Mendengar keluhan mereka, aku segera mengontak penjaga hutan supaya datang membantu kami. Satu hal yang membuatku kesal waktu itu adalah pak Fred pergi tanpa seijinku. Aku sempat kebingungan mencarinya, apalagi handphonenya terjatuh saat hiking. Katanya alasan pak Fred pergi untuk buang air besar di bagian hutan yang rimbun. Namun, aku ingat kalau Fred sudah terbiasa bekerja di hutan dan tidak akan tersesat, lagi pula Fred seorang ahli Biologi yang cerdas.

Pukul 17.45 

Bapak penjaga hutan akhirnya tiba setelah 15 menit. Ia membawa dua senter besar dan sebuah pemantik yang sudah kupesan sebelumnya. Setelah itu, aku minta tolong kepada bapak penjaga hutan agar meminjamkan motornya kepada pak Lukman supaya Kevin dibawa ke rumahnya.

"Kenapa tidak saya saja nak?" tawar bapak penjaga hutan dengan baik hati

"Kevin tidak bisa lepas dari orang tuanya pak. Jadi, sebaiknya pak Lukman yang membawa supaya Kevin tidak takut sehingga asmanya tidak semakin kambuh karena cuaca di sini sangat dingin pak." jawabku sembari menyodorkan obat asma Kevin kepada ayahnya.

"Baiklah. Kalau mereka lapar, ada makanan di rumah yang cukup mengganjal perut. Bagaimana dengan minibus ini? Kerusakannya sangat parah, tidak ada teknisi di dekat rumah yang bisa membantu memperbaiki." kata bapak itu

"Saya sudah meminta bu Prita untuk menghubungi lewat media sosial teknisi yang handal untuk memperbaiki minibus ini pak. Dua jam lagi akan tiba bersama mobil sedan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun