Mohon tunggu...
Louis Pariama
Louis Pariama Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta

suka baca dan jalan-jalan, menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial, isu perempuan dan anak serta masyarakat dan budaya lokal

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Selamat Tinggal Rumah Panas

23 Januari 2023   15:11 Diperbarui: 23 Januari 2023   15:14 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Home. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pekerjaan kami membuat kami harus berpindah secara periodik. Di desa maupun di kota kecil. Di setiap tempat bertugas kami harus menempati pastori (rumah pendeta) yang telah disediakan jemaat. Rumah yang sebelumnya ditempati oleh rekan sekerja. Rumah dengan berbagai kondisi. Kami pernah tinggal di rumah pastori berdinding papan nan sederhana di daerah yang sejuk. Di lain waktu kami harus menempati rumah pastori yang terlalu besar bagi keluarga kecil kami. Semua tempat dan setiap rumah menjadi kenangan yang menyenangkan bagi kami.

Suatu ketika kami harus menempati pastori yang baru direnovasi. Bangunan pastori yang lama diperluas ke samping dan belakang. Untuk memanfaatkan lahan, bangunan yang baru itu dibangun hingga menempel pada tembok pagar pembatas. Alhasil, hanya ada satu jendela di ruangan berbentuk huruf L tersebut. Jendela yang mengarah ke dapur, dekat pintu samping. Atap rumah pun rendah. Ditambah lagi rumah itu berada di kota Palu yang terkenal panas. Padahal itu ruangan yang paling luas di rumah itu dan rasanya lebih tepat dijadikan ruang keluarga. 

Pertama kali menempati rumah pastori itu kami semua tersiksa karena rumah terasa panas. Ditambah lagi, halaman rumah tak ditanami satu pohon pun. Tanaman hias yang kami bawa dari tempat tugas sebelumnya langsung merana di hari pertama kami menempati rumah itu karena terpapar matahari. Tak ada tempat yang teduh di halaman.

Apa yang harus kami lakukan? Kami harus menempati rumah itu untuk beberapa tahun. AC bukan pilihan kami. Kami berusaha menjaga bumi dengan hal-hal sederhana yang dapat kami lakukan. Maka, kami memutuskan untuk mengatasi masalah itu dengan dua hal:

1. Menanam Pohon

Segera kami menanam pohon di halaman rumah. Pilihan jatuh pada jenis pohon yang cepat tumbuh dan rindang. Saya ingat, waktu itu kami menanam singkong karet. Jenis singkong yang tidak ada umbinya dan pohonnya cukup rindang. Pohon itu tumbuh dengan cepat

2. Memasang Exhaust Fan

Pada satu-satunya ventilasi yang ada, kami memasang exhaust fan. Alat itu cukup membantu sirkulasi udara di ruangan yang panas itu.

Dari pengalaman itu kami belajar bagaimana kondisi rumah yang baik. Ketika membangun rumah sendiri beberapa tahun kemudian, kami memutuskan untuk memperhatikan hal-hal berikut:

 

Atap yang Tinggi dan Miring

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun