Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ayana di Candi Gedong Songo, Melawan Wisata Sejarah?

5 Agustus 2018   00:18 Diperbarui: 5 Agustus 2018   13:48 8342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayana? Ya. Mengeja kata "ayana" pikiran saya langsung tertuju ke dua hal. Yang pertama, orang yang bernama Ayana. Siapa itu? Ayana Shahab atau Ayana Moon?

Ayana Shabab adalah salah satu dari 16 personil JKT48, yang eksis sejak 2011 yang lalu dan dengan konsep modern bergaya anak muda kekinian. "Heavy Rotation" lagu perdana JKT48, yang ngehit di kalangan remaja. Ayana Jihye Moon, selebgram, yang viral karena paras cantiknya mirip Song Hye Kho, dan hijabers.

Yang kedua, ingatan saya tertuju pada jaringan hotel Ayana berbintang yang berada di Jakarta, Komodo Flores, Jimbaran Bali dengan menawarkan kenyaman perjalanan wisata ke objek-objek wisata yang indah.

Tapi, "Ayana" yang akan saya ceritakan bukan ayana-ayana yang "wah" itu, melainkan AYANA yang berada di Kompleks Candi Gedong Songo, Bandungan, Kabupaten Semarang.

Saat liburan sekolah yang lalu (Juni 2018) saya jalan-jalan ke Bandungan. Bagi saya, Bandungan tidak terlalu jauh jaraknya dari rumah saya di Semarang. Sama halnya dengan Kopeng (Salatiga), Bandungan sejak dulu dikenal sebagai lokasi wisata keluarga yang populer dan berhawa sejuk pegunungan di kaki Gunung Ungaran.

Candi Pertama (dokpri)
Candi Pertama (dokpri)
Candi Gedong (dokpri)
Candi Gedong (dokpri)
Selain banyak penginapan, wisatawan yang melancong ke Bandungan, bisa mengunjungi tempat-tempat rekreasi seperti Candi Gedong Songo, Pasar Tradisional Bandungan, Komplek Wisata Sidomukti, Tahu Serasi, Ikan Bakar Jimbaran. Di setiap tempat rekreasi itu, aktivitas mencicipi kuliner dan berkuda keliling lokasi, sesuatu yang mengasyikkan.

"Ayo ke Candi Gedong Songo" usul saya. "Ah sudah bosan. Sudah berkali-kali ke Candi Gedong Songo, selalu gagal sampai ke Candi yang ke sembilan. Capeknya minta ampun" reaksi kakak saya spontan.

Memang, kalau berjalan kaki dari candi pertama sampai ke candi ke sembilan dibutuhkan fisik yang kuat karena kontur tanahnya mendaki dan jaraknya lumayan jauh. Sebenarnya bisa diatasi dengan naik kuda sewaan. Tapi kadang ragu karena tak biasa naik kuda, apalagi rasanya bergoyang-goyang terus saat naik kuda.

"Gini saja. Nanti yang mau naik sampai ke Candi ke sembilan, silahkan saja. Yang tidak kuat naik, berhenti saja di candi pertama" usul saya dan langsung diiyakan.

Sama dengan di daerah lain, objek wisata Candi Gedong Songo juga bersolek diri untuk menarik minat wisatawan sebanyak-banyaknya. Semakin banyak wisatawan yang datang, semakin besar pendapatan asli daerah dikantongi oleh pemerintah setempat. Tak hanya itu, warga yang berjualan makan minum di lokasi wisata pun ikut mendapatkan rejeki dari kunjungan wisatawan.

View yang indah (dokpri)
View yang indah (dokpri)
Jalan Setapak Candi kedua (dokpri)
Jalan Setapak Candi kedua (dokpri)
Setelah memasuki gapura bertulisan Kawasan Wisata Candi Gedong Songo, dari jalan raya, mobil berjalan lambat karena harus melewati Taman Bunga Celosia Gedong Songo. Saya melihat banyak kendaraan sepeda motor, pribadi dan bis parkir di lokasi taman itu.

"Di dalam taman bunga itu, banyak spot untuk foto selfi. Bisa di taman yang ada miniatur Menara Eiffel, Kincir Angin, Rumah Hobbit, Payung-payung, Merlion Singapore. Cuma bayar Rp. 10.000,-" cerita kakak saya.

Karena tujuan utamanya ke komplek Candi Gedong Songo, taman bunga itu kami lewati saja. Kami hanya melihat kerumunan orang-orang yang sedang rekreasi di lokasi taman bunga itu.

Sewa Kuda (dokpri)
Sewa Kuda (dokpri)
Jalur Kuda (dokpri)
Jalur Kuda (dokpri)
Saya sudah memindahkan ke gigi persneling satu, karena jalan sudah menanjak terus sejak belokan pertama hingga ke lokasi parkir Candi Gedong Songo. Ada mobil terlihat tak kuat naik tanjakan dan saat dilewati bau kampas kopling menyengat di hidung. Di tanjakan ini sopir memang harus ekstra hati-hati mengemudikan mobilnya agar tidak berhenti secara mendadak dalam posisi jalan naik.

Setelah dibantu oleh petugas untuk memakirkan mobil, kami langsung ke loket masuk Kawasan Wisata Candi Gedong Songo dengan merogoh kocek sebesar Rp. 10.000,- per orang untuk biaya masuk ke objek wisata.

"Bapak ada rencana ke Ayana? Kalau ada, tiket masuknya Rp. 20.000,- untuk dewasa dan Rp. 10.000,- untuk anak-anak. Di Ayana, Bapak sama keluarga bisa foto-foto selfi di spot-spot kekinian dengan membayar Rp. 5.000,- per spot" kata petugas loket menjelaskan kepada kami.

"Mau lihat dulu pak. Kalau tertarik nanti saya beli tiket masuk ke Ayana" timpal saya dengan sedikit mengernyitkan dahi karena baru pertama kali mendengar wisata Ayana itu.

Setelah karcisnya diperiksa di pintu masuk, langkah kaki menginjak langsung jalur pendakian menuju area Candi yang pertama. Napas mulai tersengal-sengal seiring dengan tipisnya oksigen dan hawa sejuk yang terasa di badan kendati siang itu matahari tampak cerah dan langit membiru.

Balon Udara Ayana (dokpri)
Balon Udara Ayana (dokpri)
Lokasi Ayana (dokpri)
Lokasi Ayana (dokpri)
Mendekati pelataran candi pertama, sebelah kiri, tampak melayang-layang di langit, balon udara bertuliskan AYANA bergerak-gerak ditiup angin. Jalan menuju ke Ayana dibuat tersendiri (150 meter dari Candi) dan berujung pada pintu masuk bagi yang memiliki karcis Ayana. Jalan ini berbeda jalur dengan jalan ke arah Candi, walaupun masih satu kompleks dengan Candi Songo.

Wisatawan yang menuju ke arah candi cukup banyak ketimbang yang masuk ke lokasi Ayana. Saya sempat mengamati dan mencari tahu fasilitas apa saja ditawarkan Ayana kepada pengunjung. Saya melihat buble tent atau rumah balon dan di dalam balon itu pengunjung bisa masuk dan berfoto. Tempat foto lain, bisa di ruang santai yang ada di tengah kolam. Ada juga balon udara, kursi santai (seperti yang diletakkan di pinggir kolam), vip lounge ayana, dan masih banyak lagi yang berupa taman bantal.

Candi Kedua (dokpri)
Candi Kedua (dokpri)
Wisatawan yang menyusuri dari candi pertama ke candi sembilan, biasanya mengeluh capek karena jalannya berupa trekking pendakian dan berbelok-belok. Al hasil, kecapekan dan napasnya "ngos-ngosan" meski di sisi lain, bisa menjadi arena olah raga untuk mengukur kekuatan fisik di jalur naik hingga tuntas ke candi songo.

Ayana memiliki konsep "bergembira di alam terbuka". Artinya wisatawan bisa santai bahkan bergembira menggunakan fasilitas yang tersedia apalagi bisa menjadi spot foto yang kekinian. Yang masuk ke arena wisata Ayana, hanya keponakan saya. Itu pun hanya foto-foto saja.

Candi Warisan Budaya Hindu (dokpri)
Candi Warisan Budaya Hindu (dokpri)
Sadar Wisata (dokpri)
Sadar Wisata (dokpri)
Nah, mau pilih mana? Candi, warisan sejarah budaya Hindu, zaman Syailendra abad ke 9 (tahun 927 masehi) atau Ayana, wisata kekinian dan instagramable? Silahkan menentukan sendiri. Keindahan atau keunikan yang didapat di kawasan wisata Candi Gedong Songo, tidak gratis. Siapkan kocek anda semampunya. Tapi siapkan pula hati yang lapang karena "benturan" antara wisata kekinian dengan wisata sejarah. Mana yang tahan atau mana tahan? Entahlah...

Selamat berwisata dan nikmatilah pemandangan alam indah di kaki Gunung Ungaran itu dengan suguhan view ke arah Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Telomoyo dan Rawa Pening.

Salam Koteka. Kotekasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun