Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

6 Jam Berwisata di Nusa Penida

2 Agustus 2017   00:21 Diperbarui: 2 Agustus 2017   11:30 4587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bersama rombongan berjumlah tujuh orang, hanya bisa mengiyakan sembari menengok kanan kiri melihat alam Nusa Penida untuk pertama kali. Begitu memasuki pedesaan dengan kondisi jalan yang kadang beraspal dan kadang hanya pengerasan batu, dan kontur tanah naik turun dengan pemandangan tanah gersang berkapur, spontan saya ingat alam pegunungan di Gunung Kidul Yogyakarta.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Pantai Angel Bilabong dan Broken Beach

Setelah melewati perjalanan gersang berliku-liku dan berapa kali berhenti karena berpapasan dengan mobil lain, akhirnya kami tiba di Angel Bilabong Beach dan Broken Beach. Pantai ini tidak landai berpasir, melainkan pantai bertebing dengan air lautnya yang biru tosca nan jernih.

"Tuh lihat ombaknya naik tinggi lalu menghantam batu karang hingga menimbulkan suara keras dan cipratan air yang menyebar ke segala arah. Pemandangan alam yang indah" celoteh saya di hadapan rombongan. Seorang turis asing duduk diam di atas bebatuan karang dekat pantai dengan asyiknya. Saya menduga turis ini sangat tertarik dengan atraksi pecahan ombak yang menerpa bebatuan setiap gelombang air laut naik. Di Angel Bilabong Beach ini, shutter kamera seperti tak mau berhenti mengabadikan atraksi ombak yang menggerlora antara air laut dan bebatuan bertebing.

Jalan ke Broken Beach (dokpri)
Jalan ke Broken Beach (dokpri)
Setelah itu Bli Ketut, sopir dan pemandu wisata kami, memberikan aba-aba kepada rombongan untuk berjalan menuju ke Broken Beach, pantai di sebelahnya. Tak kurang dari 5 menit, kami sudah sampai. Begitu saya melihat Broken Beach saya ingat dengan foto yang sering saya lihat di Instagram. Pantai ini indah dan unik karena selain bertebing, salah satu sisi tebingnya berlubang mirip goa dan air laut masuk lewat lubang itu menerobos masuk ke "luweng" atau semacam kolam besar.

Bentukan alam pantai seperti itulah yang menjadi daya pikat wisatawan untuk melihat keindahan alam Nusa Penida. Terbayar sudah perjalanan yang gersang tadi dengan melihat kedua pantai unik nan indah.

Hati-hati Berselfie (dokpri)
Hati-hati Berselfie (dokpri)
Pantai Kelingking

Pantai bertebing dengan ketandusan tanahnya kembali saya lihat tetibanya di Pantai Kelingking. Berdiri atau duduk di pinggiran tebing dengan latar bukit berbentuk kelingking yang menjorok ke laut, sungguh puas rasanya. Betapa tidak. Pantai ini sempat viral di media sosial dan telah membuat banyak warga penasaran akan indahnya pantai Kelingking.

Kelingking Beach (Dokpri)
Kelingking Beach (Dokpri)
Begitu berfoto di lokasi, hati saya seketika membuncah sambil berujar dalam hati, akhirnya sampai juga di pantai Kelingking. Untuk berfoto di pinggir tebing, dengan sabar saya harus antri dengan wisatawan lain baik lokal maupun mancanegara. "Lihat itu ada yang turun sampai ke bawah, malah ada yang berdiri di pasir coklat pantai" teriak saya sambal mengamati arah jalan menuju ke bawah. Ternyata ada jalan setapak menuju ke bawah dan curam. "Berani turun tetapi nggak berani naik. Iya pasti naiknya capek sekali karena konturnya seperti panjat tebing" ujar Edo.

Setelah berfoto, kami kemudian naik dan berfoto di atas batang pohon kering. Di situ telah disediakan tangga untuk naik. Tapi untuk berfoto di situ harus sabar dan antri dengan wisatawan lain. Tak jauh dari lokasi itu, ada warung yang menjual minuman ringan dan air kelapa muda. Bagi yang lapar, bisa beli di rumah makan dekat parkiran mobil.

Terjal menuju Pantai Kelingking (dokpri)
Terjal menuju Pantai Kelingking (dokpri)
Kami makan siang di warung sebelum jalan menuju ke Chrystal Beach. Warung itu tampak bersih dan bergaya caf terbuka, mungkin sengaja didesain itu agar turis asing tertarik untuk rehat sejenak. Bahkan daftar makanan di menu ditulis juga dalam Bahasa Inggris. Uniknya lagi penyajian makanan disesuaikan dengan selera Barat.

Chrystal Bay

Pantai ini tidak bertebing. Tanahnya landai memnajang dan berpasir putih. Konon menyaksikan matahari terbenam dari Crystal Bay sangat eksotik. Tak hanya itu, snorkeling dan diving menjadi andalan pantai ini. Ketika tiba di pantai ini, saya melihat banyak turis asing sedang berjemur punggung sambil tiduran di atas pasir. Tampak mereka menikmati panasnya sang surya yang tak lama lagi akan terbenam di ufuk Barat.

Chrystal Bay (dokpri)
Chrystal Bay (dokpri)
Sebenarnya kami akan berenang di pantai ini, namun mengingat kami sudah booking tiket kapal Dwi Manunggal menuju Sanur, akhirnya Bli Ketut menekan gas mobil meninggalkan pantai sunset menuju ke dermaga Toya Pakeh.

Begitulah wisata enam jam di Nusa Penida untuk pertama kali bagi saya. Kami, sebenarnya belum puas keliling Nusa Penida. "Besok kalau datang lagi ke Nusa Penida harus dirancang menginap sekurang-kurangnya semalam dan berangkat dari Sanur pakai fastboat yang berangkat paling awal" tegas Wahyu saat Kapal Dwi Manunggal sedang bergerak meninggalkan Bli Ketut dengan APV-nya di dermaga Toya Pakeh.

Loket Kapal Dwi Manunggal (dokpri)
Loket Kapal Dwi Manunggal (dokpri)
Tentu sebelum Bli Ketut pulang kami menyelipkan amplop berisi uang 600 ribu untuk membayar mobil yang kami pakai. Selain mobil, anda bisa sewa sepeda motor di Nusa Penida. Namun pastikan, bensin sepeda motor terisi penuh karena tidak banyak orang jual bensin eceran di jalan yang dilalui.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun