Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah atau Barak? Menguji Batas Tanggung Jawab Orangtua dalam Pembentukan Karakter Anak

10 Mei 2025   08:21 Diperbarui: 10 Mei 2025   08:21 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi KDM saat temui peserta pendidikan di Dodik Markas Rindam III Siliwangi Bandung. Sumber Foto: PR Subang/Aa Hamzah

Sekolah atau Barak? Menguji Batas Tanggung Jawab Orangtua dalam Pembentukan Karakter Anak

Oleh: Julianda BM

Anak Anda sering membantah, berkelahi di sekolah, atau tidak mau belajar? Beberapa orangtua mungkin sudah merasa angkat tangan. Solusi yang banyak dipilih---dan sering dibicarakan di grup WhatsApp orangtua---adalah menitipkan anak ke sekolah berasrama atau bahkan barak semi-militer. Harapannya sederhana: anak pulang dengan sikap baru, lebih disiplin, lebih "baik". 

Tapi benarkah tempat bisa mengubah anak? Dan kalaupun berubah, atas dasar apa perubahan itu terjadi---rasa takut, atau kesadaran? Di sinilah pertanyaan penting muncul: siapa yang sebenarnya paling bertanggung jawab membentuk karakter anak---sekolah, atau orangtua?

Antara Rasa Frustrasi dan Harapan Instan

Fenomena menitipkan anak ke sekolah berasrama atau lembaga semi-militer sejatinya muncul dari rasa frustrasi orangtua. Tidak sedikit orangtua yang kewalahan menghadapi anak dengan perilaku sulit. 

Apalagi di tengah tekanan sosial yang seolah menuntut anak untuk selalu berperilaku "baik" dan patuh. Di sinilah kemudian muncul godaan untuk mencari solusi cepat.

Sekolah berasrama, terutama yang berbasis disiplin ketat atau semi-militer, menjanjikan struktur yang tegas. Jadwal yang ketat, pembiasaan disiplin tinggi, dan lingkungan yang dikontrol diyakini dapat membentuk karakter anak yang kuat. Namun, apakah metode ini benar-benar mengubah dari dalam, atau sekadar menekan gejala di permukaan?

Pendidikan Karakter: Dimulai dari Rumah

Psikolog perkembangan anak menyatakan bahwa rumah adalah tempat pertama dan utama dalam pembentukan karakter. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, empati, dan kerja sama tidak bisa dipaksakan, melainkan harus ditumbuhkan. Dan proses ini membutuhkan kedekatan emosional yang hanya bisa dibangun lewat interaksi konsisten antara anak dan orangtua.

Menitipkan anak ke lembaga dengan harapan mereka "diubah" dari luar sering kali menempatkan tanggung jawab utama pendidikan pada institusi. Padahal, sekolah---apalagi barak---bukanlah tempat terapi karakter. Mereka hanya bisa melengkapi, bukan menggantikan, peran keluarga.

Jika anak sering membangkang atau berperilaku buruk, pertanyaan pertama bukanlah "di mana kita harus menitipkan anak ini?" melainkan "apa yang belum kami penuhi sebagai orangtua?". 

Ini bukan menyalahkan diri sendiri, tapi sebuah undangan untuk refleksi dan tumbuh bersama.

Sekolah dan Barak: Antara Disiplin dan Represi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun