Sekolah atau Barak? Menguji Batas Tanggung Jawab Orangtua dalam Pembentukan Karakter Anak
Oleh: Julianda BM
Anak Anda sering membantah, berkelahi di sekolah, atau tidak mau belajar? Beberapa orangtua mungkin sudah merasa angkat tangan. Solusi yang banyak dipilih---dan sering dibicarakan di grup WhatsApp orangtua---adalah menitipkan anak ke sekolah berasrama atau bahkan barak semi-militer. Harapannya sederhana: anak pulang dengan sikap baru, lebih disiplin, lebih "baik".Â
Tapi benarkah tempat bisa mengubah anak? Dan kalaupun berubah, atas dasar apa perubahan itu terjadi---rasa takut, atau kesadaran? Di sinilah pertanyaan penting muncul: siapa yang sebenarnya paling bertanggung jawab membentuk karakter anak---sekolah, atau orangtua?
Antara Rasa Frustrasi dan Harapan Instan
Fenomena menitipkan anak ke sekolah berasrama atau lembaga semi-militer sejatinya muncul dari rasa frustrasi orangtua. Tidak sedikit orangtua yang kewalahan menghadapi anak dengan perilaku sulit.Â
Apalagi di tengah tekanan sosial yang seolah menuntut anak untuk selalu berperilaku "baik" dan patuh. Di sinilah kemudian muncul godaan untuk mencari solusi cepat.
Sekolah berasrama, terutama yang berbasis disiplin ketat atau semi-militer, menjanjikan struktur yang tegas. Jadwal yang ketat, pembiasaan disiplin tinggi, dan lingkungan yang dikontrol diyakini dapat membentuk karakter anak yang kuat. Namun, apakah metode ini benar-benar mengubah dari dalam, atau sekadar menekan gejala di permukaan?
Pendidikan Karakter: Dimulai dari Rumah
Psikolog perkembangan anak menyatakan bahwa rumah adalah tempat pertama dan utama dalam pembentukan karakter. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, empati, dan kerja sama tidak bisa dipaksakan, melainkan harus ditumbuhkan. Dan proses ini membutuhkan kedekatan emosional yang hanya bisa dibangun lewat interaksi konsisten antara anak dan orangtua.
Menitipkan anak ke lembaga dengan harapan mereka "diubah" dari luar sering kali menempatkan tanggung jawab utama pendidikan pada institusi. Padahal, sekolah---apalagi barak---bukanlah tempat terapi karakter. Mereka hanya bisa melengkapi, bukan menggantikan, peran keluarga.
Jika anak sering membangkang atau berperilaku buruk, pertanyaan pertama bukanlah "di mana kita harus menitipkan anak ini?" melainkan "apa yang belum kami penuhi sebagai orangtua?".Â
Ini bukan menyalahkan diri sendiri, tapi sebuah undangan untuk refleksi dan tumbuh bersama.