Mohon tunggu...
Loreng Waruwu
Loreng Waruwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hal yang mudah dilakukan oleh seseorang terasa susah kita lakukan. Iya, karena kita diciptakan dengan talenta yang berbeda-beda. Bukan dengan talenta yang sama. Itulah mengapa kita tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Karna kita makhluk sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Beriman di Tengah Pandemi

5 Maret 2021   22:50 Diperbarui: 5 Maret 2021   23:00 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Iman merupakan komunikasi manusia kepada Allah yang telah mewahyukan diri-Nya. Saat ini dunia sedang digemparkan oleh COVID-19 khususnya di Negara Indonesia yang dapat merenggut nyawa manusia. COVID-19 ini menyebar di Indonesia pada 2 Maret 2020 sampai saat COVID-19 masih belum bisa ditangani. Oleh karena itu, Presiden Indonesia Joko Widodo mengeluarkan aturan untuk melawan COVID-19 ini, salah satunya ialah Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan COVID-19. Sehingga tempat ibadah pun tertutup. Tentunya kita semua berpikir bahwa tindakan dari Presiden ini tidaklah baik, bahkan sebagian dari kita tidak mengikuti peraturan tersebut. Setiap tindakan yang kita lakukan pastinya akan ada akibatnya. Seiring berjalannya waktu, jumlah pasien yang terjangkit COVID-19 ini semakin bertambah. Para tenaga medis berjuang sekuat tenaga untuk membantu pasien yang terjangkit COVID-19 supaya sembuh. Karena kita tahu bahwa penawar/obat untuk COVID-19 ini masih belum ditemukan. Mereka bahkan tidak pulang kerumah demi menangani pasien COVID-19.

Jadi setelah saya melihat apa yang terjadi belakangan ini dan sampai saat ini, ternyata masyarakat tidak lagi keras kepala bahkan kita takut dan mulai mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo. Saya melihat bahwa kekompakkan dan komunikasi antar keluarga sekarang mulai berjalan lancar. Karena sebelum adanya COVID-19 ini di Indonesia, terkadang keluarga tidak pernah berkomunikasi sehingga muncul yang namanya krisis iman, KDRT, dll, yang terjadi sekarang adalah masyarakat bekerjasama kepada Pemerintah. Sekarang ini, realita dunia dalam kondisi sekarang seakan berada dalam realita kegelapan yang selalu membawa atmosfer keetakutan, kekacauan dan ketidakpastian. Namun, di saat juga terang Tuhan sedang dinyatakan. Saat terangNya datang, kegelapan tidak akan dapat menguasai seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes 1:5 "Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Yesus Kristuslah sesungguhnya terang itu". Kita juga tahu bahwa sampai saat ini penawar/obat untuk COVID-19 ini masih belum ditemukan.

Oleh karena itu, saya percaya bahwa yang menjadi penawar/obat untuk COVID-19 saat ini ialah Tuhan. Ketika kita percaya, setia dan tetap teguh beriman kepada-Nya maka segala kekhawatiran yang ada dalam diri kita akan hilang. Seperti yang Firman Allah yang terdapat dalam Injil Yohanes 8:12 "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup". Jadi sekalipun kita tidak mendapatkan penawar/obat COVID-19 ini, namun Tuhan akan selalu menyertai kita. Di balik wabah COVID-19 ini, banyak hal yang telah terjadi. Baik itu yang positif maupun negatif. Sisi positif yang saya dapatkan dari peristiwa ini ialah, keluarga yang dulunya sangat jarang atau bahkan tidak berkomunikasi, dengan adanya PSBB maka sekarang keluarga lebih banyak meluangkan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula dengan kerinduan akan beribadah bersama-sama. Karena ketakutan, masyarakat sekarang lebih banyak berdoa bersama dengan keluarga. Di sini, kita dapat tahu bahwa semua ini terjadi karena untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Pencipta kita Tuhan Yang Maha Esa.

Mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini salah satunya COVID-19 yang mewabah, mengajarkan kita tentang bagaimana kehidupan rohani dalam rumah tangga kecil, harus sungguh-sungguh menjadi Ecclesia Domestica. Serta mengajarkan kita untuk mengasihi sesama, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan sebagainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun