Mohon tunggu...
Lola silaban
Lola silaban Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Baru lulus kuliah dari Universitas Negeri Medan Lulusan Sarjana Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

AMBISI VS CINTA

13 Februari 2019   12:56 Diperbarui: 5 Maret 2019   21:15 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

BAB 1. MARAH

            Dia berlari cepat dengan sepatu tingginya. Memasuki sebuah gedung besar. Dia bisa saja, jatuh terkilir. Tapi, dia tetap berlari. Menabrak setiap orang yang menghalangi jalannya. Bahkan, dia sempat mengumpat pada orang-orang yang telah dia tabrak.

            Dia tiba di depan lift. Dia langsung menekan tombol lift. Badannya gemetar cemas. Dia menatap jam tangannya. Bibirnya berkomat kamit meminta lift cepat terbuka. Di tangannya, terdapat selembar kertas yang telah dia remas kuat. Wajahnya, marah membaca surat tersebut. Kemarahan yang tidak akan pernah padam. Jika dia bertemu dengan seseorang yang membuat dirinya marah.

            Pintu lift terbuka, dia ingin segera masuk tapi tak bisa. Dia harus menunggu orang yang di dalam lift keluar. Setelah semuanya, keluar baru dia masuk. Dia segera menekan tombol lift paling atas. Tempat tujuan yang membuat dirinya harus datang ke gedung besar ini. Gedung tertinggi di kota ini.

            Di dalam lift. Wajahnya masih sama. Marah dengan perasaan emosi yang akan siap meledak kapan saja. Amarah itu akan segera keluar. Setelah dia bertemu dengan sosok yang telah membuat dirinya menderita.

            Pintu lift terbuka. Dia keluar berjalan menuju ruangan orang yang akan selamanya dia benci dalam hidupnya. Bahkan, dia masuk tanpa memperdulikan seketaris yang menanyakan apa tujuannya datang ke sini dan apa sudah membuat janji pada bosnya. Tapi, dia malah mengatakan,

            "Kamu diam!!!"

            Seketaris seketika takut melihat ekspresi wajahnya. Seketaris memilih diam dan mempersilahkan dirinya masuk.

            Dia masuk dengan membanting pintu dengan kuat. Sang pemiliki tidak terkejut. Justru sang pemilik tersenyum licik melihat dia datang ke kantornya. Lalu, dari belakang. Sang seketaris muncul dan mengatakan sudah berusaha tidak membiarkan perempuan itu masuk.

            Tapi, belum selesai seketaris bicara. Bosnya memintanya pergi tanpa bicara. Sang seketaris yang melihat lambaian tangan usir dari bosnya. Merasa sakit hati dan kecewa. Bosnya tidak pernah bersikap hangat untuknya.

            "Apa maksud kamu dengan semua ini!!!" teriak dia melempar surat yang sejak tadi dia remas. Dia melempar kertas itu, tepat di wajah pria yang masih tersenyum licik padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun