Lola : Ya, kamu pantas mendapatkannya. Sekarang ceritakan tentang cita-citamu.
Eka : Apa ibu yakin?
Lola : Tentu, ceritakanlah. Agar mereka mengerti.
Eka : Baiklah, Bu guru. Cita-cita saya adalah ingin menjadi seperti Mama saya ( semua murid terkejut. Namun, kembali diam setelah Lola menyuruh mereka diam dan mendengarkan Eka bercerita kembali) Mama saya adalah seorang pedagang kecil di pinggir jalan. Mama saya selalu berjualan untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga.Â
Mama saya tidak pernah mengeluh jika jualannya tidak laku. Mama saya malah sering menyumbangkan jualan kami tidak laku kepada orang kurang mampu. Jika pun laku sekali, Mama saya selalu menyisihkan jualannya untuk orang lain. Mama saya selalu mengajarkan ku untuk berbuat baik dan membantu sesama.Â
Meski kami hidup dalam kesusahan bukan berarti kita menjadi orang yang malas dalam segala hal. Untuk itu, saya ingin menjadi seperi Mama saya yang selalu membantu orang lain dengan masakannya. Berkat masakan Mamaku banyak dari mereka tidak mampu dapat tertolong.
Angel : Apa yang perlu di banggakan menjadi pedagang kecil Bu?
Lola : Angel, dan semuanya. Yang perlu kita banggakan bukan jenis pekerjaan kita. Tapi, apa yang telah kamu beri untuk orang lain. Rata-rata kalian semua memiliki cita-cita karna tertarik bukan dari niat hati kalian. Eka memiliki cita-cita yang ingin membuat semua tersenyum. Dan untuk itu kamu pantas mendapat nilai seratus. Untuk menjadi seperti Mamamu kamu harus rajin belajar. Lebih tepatnya menjadi seorang Koki.
Eka : Kenapa jadi koki Bu, Mama saya kan seorang pedagang makanan kecil Bu.
Lola : Iya, Eka. Sebutan untuk pedagang seperti Mamamu adalah Koki. Untuk menjadi seperti Mamamu kamu harus belajar masak memasak dan       membuat semua orang senang akan masakanmu. Seperti yang Mamamu lakukan. Membantu sesama.
Eka : Baik, Bu saya akan belajar keras (kembali duduk)