Mohon tunggu...
Inovasi

Mengembangan Pariwisata Budaya Bersama Komunitas di Lasem

21 Oktober 2017   23:31 Diperbarui: 21 Oktober 2017   23:38 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pariswisata dengan melihat warisan-warisan dan aset budaya sekarang ini menjadi tren pada dunia pariwisata dunia. Pariwisata Indonesia bisa dikatakan sedang memanfaatkan budaya dan aset warisan. Wisatawan merupakan kontibusi utama pengembangan dan pemasukan selain untuk daerahnya juga untuk pemasukan negara. 

Wisatawan budaya adalah para wisata yang sering mengunjungi sebuah bangunan yang memiliki nilai sejarah dan budaya. Hal ini dengan melihat pada pengembangan pariwisata budaya di Lasem Jawa Tengah. Lasem adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di Pesisir Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengan. Lasem berjarak 12 km dari kota Rembang dengan luas area 4.504 hektare (National Geographic: 2016). Lasem juga pernah sohor sebagai tempat

Bermukimnya para imigran dari Tiongkok pada abad ke-14 sampai 15. Disamping itu, Lasem dilewati Jalan Raya Pos yang dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels sebagai jalur penghubung Anyer-Panarukan. Posisi strategis tersebut menjadikan Lasem sebagai magnet yang menarik banyak etnis untuk singgah dan menetap di sana. Sehingga tumbuh akulturasi kebudayaan yang dinamis.

 Lasem memiliki banyak julukan, mulai dari Kota Batik, Kota Santri, Kota Tua, Kota Pusaka, Tiongkok Kecil, dan Beijing Kecil. Pencampuran busdaya Cina dan Jawa di Lasem tidak hanya pada selembar batik tulis. Bahkan hingga kehidupan sehari-hari, seperti nilai toleransi antar etnis. Menurut BBC Indonesia, Lasem pun tidak terkena imbas kerusuhan rasial yang terjadi di Solo Jawa Tengan pada 1980 dan 1998 lalu.

Diambil dari situ menjadi potensi pengembangan pariwisata budaya di Lasem. Lasem dengan keunikan budaya memenuhi kriteria pengembangan destinasi wisata budaya berbasis partisipasi masyarakat. Lasem memiliki elemen warisan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Lasem menggunakan pariwisata berbasis masyarakat, bisa dikatakan sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan. Merupakan peluang untuk menggerakkan potensi dan dinamika masyarakat. Masyarakat memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan, mempengaruhi, dan memberi manfaat terhadap lingkungan mereka. Menjadi faktor kunci yang dapat menentukan keberhasilan pengelolaan pariwisata setempat.

Langkah Lasem dalam pengembangan pariwisata budaya dengan mengadopsi pariwisata berbasis komunitas. Tahap yang dikaukan masih pada tahap merintis, namun prosesnya berjalan progresif. Pengembangan destinasi wisata dengan tanpa bantuan atau dukungan finansial dari pemerintah masih memeliki kelemahan. Dimana partisipasi masyarakat masih tersentral pada pelestarian pusaka Lasem dan promsi kawasan Pecinan. Belum menular pada daya tarik wisata sektor lain. Perhatian pemerintah setempat terhadap pelestarian situs-situs sejarah masih minim sehingga tidak layak promosi  untuk kepentingan pariwisata.

Pariwisata adalah topik yang rumit namun menarik. Meskipun pada umumnya literatur selalu saja terkesan gagal dalam memetakan problematik-problematik apa saja yang menyebabkan berkembangnya ataupun tidak berkembangnya potensi pariwisata yang tersedia. Belum lagi melihat faktor-faktor penyebabnya, perencanaan yang masih wacana, pelaksanaan yang terhambat oleh karena faktor luar (bisa dibilang pemerintah dalam penelitian ini). 

Di Penelitian ini jika dilihat pada mata peduli lingkungan kurang informatif. Kata merintis namun proses progresif bisa dibilang mengkhawatirkan. Mengapa? Biasanya penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata akan berdampak buruk pada situs-situs yang perjualkan. Memang masih tahap merintis, namun jika mereka belum memikirkan manajemen pengunjung yang ideal akan berakibat fatal pada lingkungannya juga. Bisa dilihat pada wisata-wisaat candi yang ada di Jogja, jumlah pengunjung yang besar akan menambah jumlah sampah. Vegetasi juga kan terancam, sehingga ekosistemnya terganggu dan tidak seimbang.

Daftar pustaka

Muntadliroh. (2017). Menggagas Pengembangaan Pariwisata Budaya Berbasis Partisipasi komunitas di kawasaan Lasem Jawa Tengah. Developing Knowledge Community: Quintuple Helix and Beyond.Comicos 2017, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1083-1109.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun