Mohon tunggu...
Arieans_Saputra
Arieans_Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

MNAE

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Mairik" Tarian Petani Meratus

23 Agustus 2021   17:00 Diperbarui: 23 Agustus 2021   18:31 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu perlahan sang fajar menampakkan sinarnya di sela gunung Janjar Pitu.

Gunung itu salah satu rangkaian gunung karst yang berada di kaki pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan.

Acil Armiati dan Paman Abdul Kadir pun bergegas untuk turun ke humanya, inilah hari yang ditunggu-tungu.

Derap langkah sepasang suami istri warga Desa Batu Tangga, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini semakin cepat, seakan tak sabar untuk melihat huma yang sudah menguning. Ya, hari inilah waktunya mereka melakukan panen padi atau yang biasanya dikenal dengan istilah "mangatam".

Sesampainya di huma atau dikenal dengan "tugal", acil dan paman mamakai "tanggui" lalu kemudian mulai memanen padi menggunakan "ranggaman" (ani-ani). Ranggaman merupakan alat khusus untuk memotong tangkai-tangkai padi yang sudah matang.

Proses selanjutnya setelah tangkai padi mulai terkumpul adalah melakukan perontokan padi secara manual yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki.

paman-mairik-6123465931a2876a7045cf62.jpeg
paman-mairik-6123465931a2876a7045cf62.jpeg
Prosesnya sangat unik yaitu menggunakan kaki dengan cara menginjak dan menggulung tumpukan tangkai padi sampai bulir-bulir padi lepas dari tangkainya, proses ini dikenal dengan istilah "Mairik".

Jika diperhatikan dari jauh, maka gerakan "mairik" ini seperti layaknya sebuah tarian, mengingatkan kita pada suatu gerak tari masyarakat Dayak Meratus tatkala mereka sedang melakukan pesta (aruh) saat panen raya.

Sedikit berbeda dengan sistem pertanian yang berada di daerah dataran rendah yang kaya akan genangan air, maka bertani di wilayah tugal ini tidak terlalu mengandalkan adanya genangan air ataupun sistem irigasi.

Petani hanya mengandalkan air hujan dan bulir embun di pagi hari, sebuah ikhtiar yang benar-benar "menantang" alam karena sistem bertani tugal ini tidaklah mudah.

Varietas padi yang ditanam biasanya tidak terlalu beragam. Masyarakat menanam bibit padi yang sudah disimpan secara turun-temurun (manahun) atau dikenal dengan istilah "paung". Ada juga sebagian warga yang menggunakan padi varietas baru hasil rekayasa genetik.

Varietas yang paling popular dari sistem pertanian tugal ini adalah jenis "Buyung" dan "Siam Sarai" atau dikenal secara umum dengan "Baras Gunung".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun