Mohon tunggu...
Lintang Panjer Sore
Lintang Panjer Sore Mohon Tunggu... -

Ingin menjadi insan yang baik, meskipun bukan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menguak Sosok Siapa Si Ayah

3 September 2015   12:49 Diperbarui: 7 September 2015   22:48 11552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di terbitkan pertamakali di akun facebook Lintang Panjer Sore yang salah mengetik tahun 2013 kemudian sudah dibenahi tahunnya.

 

   Beberapa jam setelah tulisan saya unggah, komentar demi komentar berdatangan, pertanyaan demi pertanyaan siapakah si Ayah itu belum bisa saya jawab secara terbuka. Hingga pada jam berikutnya ada sebuah foto masuk ke Whatsaap saya. Obrolan Ndut bersama si Ayah terbaca jelas dengan kalimat pernyataanya menyebut nama saya, tulisan saya dan alasan alasan si Ayah yang tidak masuk diakal mengenai penjabaran kronologi denda dan rumah resmi saya abadikan sebagai dokumentasi gambar.

 Walhasil lahir lah tulisan saya “Selembar Akad Percaya 2” yang kembali saya posting di akun facebook Lintang Panjer Sore pada hari berikutnya.

 

                                    Selembar Akad Percaya 2.

(Tulisan dalam poto yang di black mark adalah nama sebenar Ndut) 

     Ndut, maafkan jika aku masih tetap bandel menuliskan curhatanmu tentang si Ayah padaku. Demi hati banyak orang, aku tak bisa menghapusnya meski kamu telah memintanya padaku,dengan alasan serahkan saja segalanya pada Tuhan dan mungkin ini adalah takdirmu yang tidak bisa dielakkan. Kamu pasrahkan segala galanya pada yang Kuasa. Dan kamu hanya bisa berharap manusia yang kau panggil Ayah itu mau menyadari kesalahan lalu berbenah diri, agar ke depannya dia tidak mengulangi lagi.

Ndut, aku tahu kamu. Kamu wanita kebal, hatimu tahan dibantai dengan segala macam cobaan. Kamu adalah wanita yang tak ingin membalas kejahatan orang lain meski orang itu jahat padamu. Itulah yang aku kagumi darimu. Sekali lagi maafkan aku yang selalu berteriak teriak di telingamu,memarahimu atas semua keteledoran dan keputusanmu yang salah menurut penilaianku.

Ndut, ular tetap ular. Dan belut tetap lah belut. Dua makhluk ini tidak akan bisa berganti nama meski dalam satu karung meeka bertemu. Seperti halnya dengan manusia yang kau panggil ayah. Se-ngalah apa kamu, se-benar apa kamu, dan se-kuat apa dirimu menyerahkan pada yang di Atas, dia akan tetap mendesis dan melilit. Dan belut harus memberikan darahnya secara gratis.

Ndut, aku bersyukur setidaknya catatan tentang dirimu sampai juga di mata dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun