Mohon tunggu...
N. Liwar
N. Liwar Mohon Tunggu... Guru - Mengajar untuk menginspirasi

Tenaga pendidik di SMP Gloria 1 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecerdasan Guru Dambaan Siswa

26 Oktober 2020   09:58 Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru selalu menjadi pusat perhatian siswanya di kelas. Sadar atau tidak sadar,  ia sedang memberikan gambar diri di hadapan para siswanya. Kesan apa yang bisa ia tampilkan? Guru yang terbaik selalu  diharapkan bisa menjadi inspirator. Karena itu, guru harus dapat membawa diri dengan baik. Ia harus siap dari segi  mental, knowledge, psikologis, dan secara sosial ketika masuk ke kelas. 

Menurut UU Pendidikan Nasional, seoang guru yang kompeten harus memiliki 4 kompetensi, yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi pedagogis, dan kompetensi sosial. Kompetensi yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru. Keempat kompetensi inilah yang dijabarkan dalam instrument-instrumen penilaian guru dalam sertifikasi pendidikan. Berikut adalah ulasan aplikatif secara sederhana terhadap 4 kompetensi tersebut ketika guru berhadapan dengan siswanya di kelas. 

Pertama, kompetensi personal (kepribadian). Tidak dapat dipungkiri bahwa bisa saja seorang guru masuk ke kelas dengan membawa suatu masalah atau merasa tersinggung terhadap sikap seorang siswanya. Ada banyak hal yang membuat seorang guru mengalami kepahitan. 

Seorang guru harus tetap bisa mengendalikan diri ketika berada dalam kelas dengan situasi seperti itu. Ia tidak boleh merugikan semua siswa hanya karena ulah satu orang. Ia harus menyediakan waktu khusus untuk siswa yang bersangkutan di luar jam mengajarnya. Ia harus mampu mengelola emosinya dengan baik dan tetap mengajar sesuai dengan persiapannya. 

Ia harus menunjukkan kecerdasan emosinya di hadapan para siswa sebagaimana yang ia harapkan dari siswanya (EQ). Jika tidak, segala persiapan yang dilakukan akan sia-sia. Kenyataannya, memang siswa  zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu ketika guru berada dalam kelas. Siswa cenderung mengabaikan guru, apalagi kalau guru tersebut sangat permisif terhadap siswa.

Bahkan, ada siswa yang sering melecehkan guru. Dalam hal ini seorang guru harus tegas karena secara moral ia bertanggung jawab untuk mendidiknya.   Sebagai seorang pendidik, guru adalah tokoh yang menjadi  anutan. 

Segala perilakunya harus bisa menjadi model dan inspirator bagi siswanya. Ia tidak cukup memberikan nasihat, tetapi harus memiliki moral, disiplin, dan integritas dalam segala hal. Ketika ia melarang muridnya merokok, maka sang  guru tidak boleh merokok, apalagi merokok di dalam kelas. Ketika ia memarahi muridnya yang terlambat, maka sang guru harus menjadi teladan dalam hal tepat waktu. 

Mulailah disiplin itu  dari diri sendiri, bukan memaksakan orang lain yang berubah.  Seorang guru jangan menuntut siswa berubah sebelum dirinya sendiri berubah. Dalam dunia yang serbakritis seperti sekarang ini, tindakan seorang guru lebih efektif dan menyentuh daripada sekadar kata-kata yang diumbar. Ingat, hanya ada dua hal yang diingat siswa kita, yaitu kebaikan kita atau keburukan kita.

Kedua, kompetensi profesional. Ketika masuk ke kelas seorang guru harus benar-benar siap untuk mengajar. Ia harus tahu dengan pasti dan mantap tentang materi dan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk merangsang kegiatan pembelajaran. 

Persiapan itu meliputi RPP sebagai skenario pembelajaran selama ia berada di dalam kelas, format penilaian proses dan hasil, menyiapkan kemungkinan jawaban untuk siswa yang  kritis, pengayaan bagi siswa cepat, dan langkah-langkah pembimbingan bagi siswa yang lambat. 

Guru harus benar-benar kompeten dan tahu dengan pasti tentang materi yang menjadi bidang pengajarannya dari segi keilmuan. Singkatnya, ia  harus menjadi seorang ahli di bidangnya. Seorang guru yang tidak siap atau tidak profesional akan menimbulkan image yang jelek di hadapan siswanya di kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun