Mohon tunggu...
Livia Berliana
Livia Berliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arah yang Hilang

1 Januari 2022   12:51 Diperbarui: 1 Januari 2022   12:59 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Melati,aku anak tunggal yang terlahir dari keluarga berkecukupan. Ayahku seorang direktur yang sibuk bekerja,sejak kecil aku selalu di manja,semua keinginanku selalu terpenuhi oleh ayah,Kebutuhan apa pun selalu ayah bantu tetapi tidak dengan meminta waktunya,karena itu sangat untuk sulit ayah berikan untuk aku. 

Hari ini ayah tidak pulang karena harus bekerja ke luar kota,itu adalah hal yang biasa karena ayahku hanya bisa menyogok kekesalan aku dengan membelikan aku barang-barang mewah. Aku terbiasa diajarkan seperti itu hingga dewasa,aku merasa bisa melakukan apa pun dengan uangku,teman dan semua orang disekeliling ku menyukai uangku, menurut aku uang membuat kebahagiaan untuk semua orang,pikir aku waktu itu. 

Hari yang aku tunggu pun tiba,Pagi ini aku bangun lebih cepat dari biasanya,hari ini adalah hari kelulusan ku,karena sedang pandemi ini aku melakukan wisuda online,meskipun begitu aku sangat senang karena akan segera melanjutkan SMA di bandung,kami akan pindah ke bandung karena pekerjaan ayahku,itu artinya ayah akan memiliki banyak waktu dirumah karena pekerjaan nya akan berdekatan dengan rumahku. Aku bergegas menuju ke kamar untuk memberitahu nya bahwa hari ini aku akan wisuda online. 

"Mah mah mah ayah di mana? Hari ini aku wisuda cepat bersiap karena nanti ada foto bersama lewat zoom kataku. "Ayah hari ini ga pulang na,dia ada lembur foto sama mamah saja ya" ujar mamah sambil mendekati aku.

Lagi-lagi ayahku sangat sibuk,dan tidak pernah mendampingi hari-hari yang menurut aku spesial tetapi aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu,ayahku selalu tidak ada disaat aku membutuhkannya. Setelah hampir 3 tahun aku di bandung,aku tidak merasa ada perubahan apa pun di hidupku,aku mengira akan memiliki banyak waktu bersama keluarga ku tetapi itu sepertinya tidak akan pernah terwujud didalam hidupku. Segalanya hanya bisa dibeli oleh uang uang dan uang itu yang aku tangkap dari semua pelajaran hidup,ayah dan ibuku tidak pernah pedulikan apa pun. 

Aku melanjutkan kuliah di salah satu Universitas di bandung,dari semenjak pindah aku selalu menghabiskan waktu dengan teman-temanku hingga aku memilih untuk tinggal terpisah dengan kedua orang tua ku karena memang jarak dari rumah ke Universitas lumayan jauh dan aku memutuskan untuk tinggal di Apartemen bersama temanku. Ayah dan Ibuku tidak pernah ikut campur dalam segala urusan kuliah atau apa pun itu,ibaratnya mereka hanya aku jadikan mesin ATM saja,aku nyaman dengan kehidupan yang aku jalani karena aku dikelilingi oleh teman-temanku yang sama sepertiku,kehidupanku semakin tak terarah saat aku memilih tinggal sendiri,aku jarang bertemu orang tua ku dan sama sekali tidak ada keinginan untuk bertemu dengannya meski kita masih satu kota. Orang tua ku pun tidak pernah ingin mengetahui keadaanku,karena mungkin mereka sangat percaya bahwa aku bisa menjalani kehidupanku sendiri. Kehidupanku berubah total pada saat aku tinggal di Apartemen,aku sering mabuk dan tidak masuk kuliah,aku tahu aku salah dan aku merasa bahwa itu sesuatu yang tidak baik,tetapi apa boleh buat aku merasa senang menjalani kehidupan seperti itu,kehidupanku sangat lebih berwarna dengan banyak teman dan orang yang menurut aku menyenangkan. 

kehidupanku semakin indah ketika aku memiliki kekasih,aku merasakan cinta sesungguhnya,aku tidak pernah dicintai sebegitunya oleh seseorang sekali pun itu keluargaku hingga aku merasa lebih mencintai kekasihku dibanding ayah dan ibuku sendiri. Aku dan pacarku banyak menghabiskan waktu berdua kita juga kadang tinggal berdua di Apartemen,Ibu dan ayahku tidak tahu itu karena mereka sama sekali tidak pernah peduli dengan kehidupanku. Aku merasa kehidupan ku semakin buruk setiap harinya,tetapi aku senang menjalani nya,aku tidak peduli omongan orang apa pun itu terhadapku. 

Hingga akhirnya aku mengalami kejadian terburuk dalam hidupku. Aku mengalami kecelakaan setelah aku mabuk,kekasihku membanting stir ke arah beton Tol yang membuat mobil terjungkir dan hancur aku tidak berharap akan hidup dan melanjutkan kehidupanku lagi.

Untuk pertama kalinya aku melihat ayah menangis di sampingku,aku merasakan itu tetapi badan dan seluruh tubuhku hilang kendali,aku mendengar ayah mengucapkan segala isi hatinya kepadaku

"Melati ini semua kesalahan ayah,ayah tidak pernah memperhatikan kehidupanmu ayah tidak selalu ada di sampingmu ayah hanya sibuk dengan pekerjaan ayah saja,tapi ayah sayang kepada kamu na,ayo bangun ayah tidak ingin kehilangan kamu" 

Membuat aku semakin merasa bersalah padanya,aku tahu bahwa selama ini aku melakukan kesalahan sebagai anak,aku tidak pernah mencintainya begitu dalam seperti aku mencintai kekasihku sendiri. Aku tidak ingin menyalahkan siapapun yang ada,aku hanya ingin bisa berbicara dan menjelaskan bahwa aku juga sangat sayang ayah. Setelah 2 hari koma,aku masih diberikan kesempatan untuk hidup untuk mengubah kehidupanku,aku dekat dengan keluargaku,aku bisa merasakan cinta dan sayang yang sesungguhnya itu dari keluargaku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun