Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angkasa Mematung dan Melupakan Saya

18 Januari 2016   17:27 Diperbarui: 18 Januari 2016   21:10 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuk tuk tuk tuk.
Tuk tuk tuk tuk.
Tuk tuk tuk tuk.

Luana, mengapa memandangi metronome seperti itu?
Saya kira kamu mau main piano.”
“Aneh.”
Aneh kenapa, Luana?”
Angkasa ada di setiap ketukan tempo.”

Seharusnya Angkasa tidak ada di sana
Seharusnya Angkasa ada di atas awan,
terlelap dan melupakan saya.

Atau di atas kertas gambar anak-anak TK,
berwarna biru muda berantakan,
sebingkai dengan sepasang gunung dan satu matahari di antaranya,
mematung dan melupakan saya.

Atau di dalam tetes-tetes air mata
yang hujan pun enggan menyapu,
terjatuh dan melupakan saya.

Saya bertanya-tanya apakah Angkasa pernah lapar
kala sedang melupakan saya.
Mungkin juga ia tidak merasa lapar sama sekali,
melupakan saya tidak membutuhkan banyak tenaga.

Melupakan saya bagi Angkasa,
semudah tidak sengaja menginjak semut di atas tanah,
hal yang sangat sering dilakukannya,
namun tidak pernah sekalipun diselali.
Jadi, Angkasa kenyang.

Tuk tuk tuk tuk.
Mengapa ada Angkasa?
Seharusnya Angkasa di atas awan.

 

18 Januari 2016, Livia Halim

Sumber ilustrasi: http://www.surrealist.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun