Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

101 Tips Menggarap Cerita Pendek

20 Mei 2020   09:09 Diperbarui: 20 Mei 2020   16:42 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Fathromi Ramdlon dari Pixabay

Ketahuilah bahwa bahkan pemilihan sudut pandang pun dapat dijadikan strategi untuk membuat sebuah cerpen jadi menarik. Kembali saya ingatkan, ada jenis cerita yang bernama unreliable narrator (pengisah lancung), yang penjelasannya dapat dibaca di sini.

Jika Kompasianer menggunakan konsep tersebut, cerpen sudut pandang orang pertama Kompasianer bisa berkali-kali lipat lebih menarik.

Sudut pandang orang pertama ini dibagi menjadi sudut pandang orang pertama (tokoh pertama) dan sudut pandang orang pertama (tokoh sampingan). Penggunaan keduanya sesuai dengan namanya.

Jika sebuah cerpen menceritakan kisah yang berfokus pada tokoh “aku”-nya, maka dapat dikatakan sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama (tokoh utama), dan jika tokoh “aku” dalam sebuah cerpen hanya sebagai saksi dari rentetan kejadian yang dialami tokoh lainnya, maka cerpen tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama (tokoh sampingan).

Berikut ini kutipan cerpen Kelepak Sayap Jibril (karya Agus Noor) yang menggunakan sudut pandang orang pertama:

“Aku tengah duduk di kafe di sebuah mall membunuh kejenuhan dengan secangkir cappuccino ketika sayup-sayup berdesir bunyi kelepak, lembut di telinga. Aku mendongak, melihat bayangan langit pada kubah kaca yang dipenuhi pohon-pohon kurma dan unta dengan kafilah di punggungnya, bergelantungan di besi-besi konstruksi yang dicat warna-warni. Kulihat unta-unta itu bergoyangan, bagai ada tangan yang menyentuhnya.”

Bisa dilihat bahwa cerpen tersebut menggunakan kata “aku” sebagai kata rujukan. Perhatikan cara penulis menggambarkan keadaannya: “aku tengah duduk…”, “… sayup-sayup berdesir bunyi kelepak, lembut di telinga”, “aku mendongak, melihat…”, dan “kulihat…”. Semua hal yang terjadi adalah hal-hal yang benar-benar dialami, didengar, dan dilihat si “aku”.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga 

Ketika menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam cerpen, pastikan kata rujukan yang digunakan adalah nama tokoh, “dia”, “si perempuan”, atau sebutan-sebutan lainnya. Bisa dikatakan si penulis berada “di luar” kisahnya, maka jangan gunakan “aku”. 

Ada dua jenis sudut pandang orang ketiga, yaitu sudut pandang orang ketiga (serba tahu), di mana di penulis tahu betul tokoh-tokohnya (hingga watak dan perasaan mereka), dan sudut pandang orang ketiga (pengamat), di mana si penulis hanya mengandalkan kemampuan pancaindra untuk menggambarkan apapun yang terjadi dalam kisah terkait.

Berikut ini kutipan cerpen Sebutir Nasi untuk Pencuri (karya Agus Noor), yang menggunakan sudut pandang orang ketiga:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun