Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film | Underwater (2020)

16 Januari 2020   10:10 Diperbarui: 16 Januari 2020   10:13 3791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Kompasianer!
Kali ini saya akan me-review Film Underwater yang saat ini sedang tayang di bioskop. Film bergenre action, drama, horror ini menarik perhatian saya sejak saya menonton trailer-nya karena konsepnya yang survival, jenis film kesukaan saya sekarang ini. 

Trailer-nya sedikit banyak mengingatkan saya kepada Film Sanctum (2011) karena film tersebut juga berjenis survival dan berlatar aquatic. Biar begitu, setelah menonton film ini, rupanya ada banyak perbedaan antara Underwater dan Sanctum. Jadi, jika Kompasianer sudah menonton Sanctum, tenang saja, meski unsur-unsurnya serupa, namun Underwater adalah film yang sangat berbeda.

Review ini ditujukan untuk memberikan pertimbangan bagi Kompasianer penggemar film- film survival dan horror, atau bahkan jika Kompasianer hanya ingin membaca review-review film baru yang sedang tayang di bioskop. Selamat membaca!

Plot
Sebuah perusahaan bernama Tian Industries berencana melakukan pengeboran sumber daya yang berada di bawah laut, sedalam tujuh mil ke dasar Palung Mariana. Gempa bumi besar melanda, dan para pekerja di Stasiun Kepler 822 (Kristen Stewart, Vincent Cassel, Jessica Henwick, John Gallagher Jr., Mamoudou Athie, T.J. Miller) mencoba menyelamatkan diri mereka.

Review Film
Selama ini, saya selalu mengagumi film-film survival dengan beberapa tokoh yang kemudian tumbang satu persatu. Karena Underwater adalah salah satu dari film-film tersebut, maka film ini sudah memiliki poin plus tersendiri bagi saya. Sebagai sebuah film, sebenarnya tidak ada hal yang benar-benar salah dari Underwater, hanya saja, ada beberapa hal yang saya rasa agak kurang mengena di hati.

Jika sebagian besar film survival sejenis ini memiliki alur yang sangat twisty (sebut saja Life (2017) atau Exam (2009) yang dapat dibaca review-nya di sini), sayangnya Underwater tidak demikian. Jadi, jika Kompasianer sudah menonton banyak film survival, sepertinya alur film ini akan terasa sangat biasa. Underwater tidak memiliki alur yang meliuk-liuk maupun mengejutkan. 

Kabar baiknya, Kompasianer bisa membaca atau menonton review film ini sebanyak-banyaknya sebelum menyaksikan filmnya di bioskop tanpa perlu khawatir akan adanya spoiler, karena yaaa... apa yang perlu dikhawatirkan dari spoiler film yang alurnya lurus-lurus saja?

Ilustrasi: imdb.com
Ilustrasi: imdb.com
Selanjutnya, seperti yang kita tahu, tokoh-tokoh dalam film survival biasanya memiliki karakter, bahkan background masa lalu yang perbedaannya cenderung ekstrim satu sama lain. Sehingga, biasanya kita dapat melihat bagaimana karakter yang berbeda-beda ini merespon suatu fenomena tertentu yang mengancam nyawa mereka. 

Dalam Underwater, para tokoh mayoritas tidak memiliki karakter yang kuat. Hanya satu tokoh yang iconic, yaitu Paul yang unik. Tokoh ini digambarkan suka mengatakan hal-hal yang aneh dan selalu membawa boneka kelinci ke mana pun ia pergi. Menariknya lagi, ada tiga referensi novel legendaris Alice's Adventure in Wonderland karya Lewis Carroll (1865) yang "dipresentasikan" oleh Paul. 

Pertama, melalui dialognya ketika menggambarkan Alice dalam novel yang menangis sampai air matanya membendung, dilanjut oleh penjelasan Paul mengenai Alice yang memang bisa berenang, namun setelah itu terjadi hal-hal yang menyulitkan bagi Alice.

wikidata.org
wikidata.org
Referensi kedua muncul melalui tabung oksigen Paul yang ditulisi "we're all mad here", di mana kalimat tersebut diucapkan oleh Cheshire Cat (karakter kucing misterius yang dapat menghilang) ketika Alice sedang (dan tentunya selalu) tersesat di Wonderland. Referensi terakhir adalah boneka kelinci yang dibawa Paul ke mana-mana, tentunya semua tidak asing dengan term "follow the white rabbit" yang klasik, bukan? Saya pribadi tidak tahu apakah semua referensi Alice's Adventure in Wonderland ini hanya pelengkap character background saja atau ada alasan lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun