Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pedoman Menulis Fiksi Surealis

30 Desember 2019   09:09 Diperbarui: 30 Desember 2019   17:44 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Shutterstock

Cobalah untuk menuliskannya dengan kata-kata lain, misalnya yang berperan sebagai metafora untuk menggantikan kata "jatuh cinta". Kita tahu bahwa ada ungkapan butterflies in my stomach untuk menggambarkan perasaan gugup ketika hendak bertemu orang yang dicintai. Maka, kisah tersebut dapat dituliskan seperti ini:

Ketika pertama kali melihat B, kupu-kupu di perutnya beterbangan ke sana ke mari. B mana peduli, dia bahkan tidak sadar ada sepasang sayap bercorak simetris hinggap di atas kepalanya.

Contoh karya yang dapat dijadikan acuan adalah Tidur Kata di Kematian Peradaban karya Pebrianov. Berikut ini adalah kutipan karya beliau: 

Huruf-huruf itu terdiam cukup lama. Hening. Kemudian salah satu dari mereka berkata, "Bermainlah penuh suka cita bersama kami."

"Tidak, aku ingin tidur. Pergilah kalian dari sini," kataku, kali ini dengan nada lebih lebih lembut.

"Kami butuh bantuanmu agar bisa hidup panjang."

Bisa dilihat bahwa yang ingin disampaikan beliau adalah keresahan seorang penulis ketika lama tidak menulis. Namun ketimbang menulis "aku resah karena sudah lama tidak berkarya", beliau memutuskan untuk menyampaikannya dengan mempersonifikasi huruf-huruf, dan jadilah sebuah karya surealisme yang apik.

3. Diksi yang Unik 

Poin ini dapat diterapkan dalam semua jenis karya fiksi, jadi silakan coba cara ini ketika menulis fiksi-fiksi jenis lain juga. Namun khususnya untuk karya fiksi surealisme, diperlukan diksi-diksi yang memanjakan mata. Hal ini sedikit tricky, karena ketika kita berbicara tentang diksi karya fiksi, pemikiran kita biasanya langsung tertuju pada pemilihan kata-kata yang rumit atau berat agar sebuah karya terasa lebih berkualitas. Menurut saya pribadi, sebagai seseorang yang cinta menulis dan cinta membaca, sebenarnya pemilihan diksi yang unik lebih penting daripada pemilihan diksi yang berat.

Karya yang dapat dijadikan acuan adalah cerpen surealisme karya Agus Noor yang berjudul Telegram. Berikut ini adalah kutipan yang digarisbawahi:

Ah, wajah yang lamat ia ingat. Wajah yang selalu murung. Kini hitam dan mengisut. Tulang pipinya mencuat. Matanya yang cekung membuat wajah itu kian tampak kesepian. Otot bertonjolan di dahi dan leher, seperti jejalin anyaman bambu rumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun