Mohon tunggu...
Batara Sianipar
Batara Sianipar Mohon Tunggu... Game Developer -

Apakah itu penting? Hanya yang ingin belajar dalam banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis dan Game Developer

1 November 2015   19:52 Diperbarui: 1 November 2015   19:52 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Malam, Kompasianer...

Sebenarnya saya nggak tahu mau nulis apa. Itu sebabnya tulisan saya masih berjumlah 8. Bahkan diantaranya ada sebuah cerita bersambung yang belum juga disambung. Entah kapan disambung lagi. Kucari-cari entah kemana, benang penyambungnya tidak ketemu. Entah siapa yang mengambilnya atau entah kemana dianya pergi.

Sebenarnya hampir tiap hari (klo sempat seh...) Kompasiana kubuka dan membaca-baca tulisan-tulisan kompasianer yang penuh dengan lika-liku kehidupan. Dan entah telah berapa kali kubuka halaman untuk menulis postingan ini, tetapi satu titikpun tidak ada kuketikkan. Kosong. Kosong melompong bagai kepompong ulat kupu-kupu (sebenarnya salah urutan).

Memang agak sulit bagiku untuk menulis saat ini. Soalnya susah membagi pikiran (sepertinya otakku nggak multitasking). Dari mulai pagi hingga sore, bahkan hingga malam, kerjaan memang di depan komputer. Melotot, mengetik, bersandar sambil menghela nafas dan berpikir. Berpikir bagaimana supaya programnya jalan. Oh, sedikit informasi, supaya lebih jelas, kerjaanku saban hari adalah membuat aplikasi game. Jadi setiap hari berkutat dengan baris-baris kode pemograman. Kadang juga membuat dan mengedit gambar di Inkscape (sejenis Corel Draw) dan di Gimp (sejenis Photoshop).

Inilah sulitnya seorang game developer (lebih spesifiknya seorang programmer) membuat tulisan. Karena bagi seorang programmer, sesuatu yang sulit, sesuatu yang rumit harus dibuatkan sederhana. Ini akan membuat seorang programmer akan kesulitan merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat karena ternyata hasilnya akan menjadi sangat sederhana. Hal kedua yang menyulitkan seorang programmer menulis adalah karena pikirannya akan selalu terfokus dengan pekerjaannya. Dengan program yang sedang dibuatnya. Waktu makan, minum, mandi bahkan waktu duduk di toilet, dia akan selalu memikirkan programnya. Bagaimana membuat itu. Bagaimana supaya jangan seperti ini. Kenapa programnya error dan nggak bisa dijalankan.

Namun, saya tidak mengatakan bahwa seorang programmer tidak mampu menulis. Bahkan saya sendiri menjadi seorang Kompasianer supaya kemampuan menulis yang pernah kumiliki (cie..cie..), walau amatir seh, tidak sampai hilang.

Ah, sudah habis kata-kata... Selamat menikmati malam ini buat Kompasianer.

 

Medan, 01 Nopember 2015

Batara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun