Mohon tunggu...
Lita Chan Lai
Lita Chan Lai Mohon Tunggu... Freelancer - Semangat Jiwa

---hanya perempuan biasa--- menyukai petualangan alam terbuka,traveling, aktif dikegiatan pecinta alam, senang bersosialisasi dan suka menyimpan buku dibawah bantal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

R.I.P Mogil (Seekor Anak Kucing yang Menderita Sakit di Telinganya)

21 Maret 2012   07:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa ku sadari, mogil yang memang sudah sakit sejak beberapa minggu lalu, pergi dengan damai. Soni ada disampingnya saat aku melihat kematian mogil yang memang sudah diprediksikan beberapa hari yang lalu. Begitu setianya soni menemani mogil dalam peristirahatanya. Teringat saat dua hari yang lalu, saat pagi-pagi sekali aku bangun dan melihat mogil terbaring lemah tak berdaya. Aku pikir mungkin sebentar lagi mogil akan pergi. Nafasnya begitu lemah. Tak seperti soni dan pongo yang masih bisa berjalan kesana kemari, meskipun mereka juga sakit. Siang hari, ketika aku sudah menggira kematian akan menjemputnya, ternyata dia mampu bangkit dan bangun. Segera diberi susu oleh v-be. dia berusaha melompat ke atas sofa yang aku duduki. Keinginan yang tak sesuai dengan kemampuannya. Terus menerus dia berusaha. “dulu aku sanggup melompati sofa ini, kenapa hari tidak” mungkin begitulah kira2 pikiran mogil terhadap aksi yang dia lakukan. Sayangnya, usaha mogil tak menghasilkan. Lalu ia berjalan terseok-seok lemah menjauh membawa duka laranya. Sedih memang melihat ketidak mampuan mogil dalam usahanya melompati sofa. Hari ini mogil pergi menyusul abi. Soni masih saja duduk disisi mogil yang sudah terbaring dengan damai. Matanya menatapku dengan teduhnya. Berharap melakukan sesuatu terhadap temannya ini. Segera aku mencari akal untuk menguburnya. Tak ada pisau, cangkul atau apapun disini untuk mencungkil tanah. Sempat berfikir untuk aku buang ke sungai atau kali terdekat. Tapi dimana…??? Disini semua serba jauh. Ketika aku mencuci tangan di kran air belakang wisma, terlihat golok panjang terselip dipagar. Entah milik siapa. Tapi segera golok itu aku ambil. Tanah merah depan jendela kamar berhasil aku cungkil dengan kedalaman yang cukup untuk mengubur seekor anak kucing. Pongo dan soni terus saja mengikuti kemanapun aku pergi. Seakan dia memastikan bahwa kerjaanku dalam mengurus sahabatnya yang baru saja mati sempurna. Aku duduk bersama pongo dan soni. Mendoakan kepergiannya yang begitu menyedihkan. Telinga nya dirubungi semut merah, mulutnya sedikit terbuka, posisi tubuhnya sudah diatur sedemikian rupa. Sepertinya mogil sudah pasrah untuk menerima kematiannya. Handuk tempat dia beristirahat aku jadikan alas untuk penguburan. Saat aku menutup lubang kubur mogil, pongo dan soni terus saja menatap kelubang dan melihat tanah yang sedikit-sedikit aku ruruhkan untuk menutup lubang kubur mogil. “selamat jalan mogil, kau sahabat kecilku yang selalu bersama-sama dalam menjalani kehidupan ini. Saat ini aku juga sakit. Mungkin saja aku akan menyusul kepergianmu, namun aku akan berjuang untuk dapat tetap hidup bersama pongo. Doakan aku dapat melewati ini semua. Sakit yang saat ini aku derita akan aku lawan bersama pongo. Saat ini hanya pongo kawanku satu-satunya. Dia harus bertahan untuk menemani hidupku. Aku tak ingin hidup sendirian. Kau telah pergi dengan damai, kini doakan aku sehat, hingga aku menemukan masa depanku bersama pongo.” Ucap soni dalam hatinya. Duh…sedih sekali aku melihat kalian semua. Dulu kalian berempat. Datang dari bogor dengan tubuh mungil dan lincah. Aku sempat menyuapi kalian susu dengan pipet khusus. Karena kalian belum bisa menjilat susu. Sekarang kalian tinggal berdua. Semoga kalian sehat ya….aku tak ingin melihat kalian berdua menyusul mogil dan abi. Kalian harus kuat. Kalian harus mampu bertahan hidup. Kalian punya masa depan. Kalian harus bertahan hingga menjadi kakek dan nenek. Tak inginkah kalian memiliki anak dan cucu..??? Berjuanglah……..ada mama dini dan papa rio yang akan membantu kalian hidup. Ayo…!!!tetap semangat ya………….(LCL) ( bersama pongo dan soni diatas sofa depan computer sekretariat XPDC Srikandi Nusantara, Wisma Atlet Ragunan Jakarta Selatan) [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Mogil, pergi dengan damai ditemani sahabatnya"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Lubang yg ku buat tuk mengubur mogil.."][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Mogil, saat terakhir dalam penglihatan"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Prosesi penguburan dihadiri pongo dan soni"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Selamat jalan sahabatku mogil. Aku juga sakit. Bahkan tuk menopang tubuh kecilku dengan kaki ini terasa tidak mampu. Doakan aku dapat bertahan hidup dan mampu mengatasi kesakitan yang saat ini kuderita. Semoga kau damai dialammu yang baru. Aku dan soni akan berjuang mempertahankan hidup. Kenangan saat bersamamu akan selalu ada dalam hati dan jiwaku. R.I.P for MOGIL yours best friend, pongo n soni."][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Inilah kami, saat kami masih berempat. Bermain, melompat kesana kemari dan tidur berpelukan."][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun