Mohon tunggu...
Lisa Nur Asmillah
Lisa Nur Asmillah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Jurusan Bahasa Indonesia

Just wanna sharing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Isinya "P" Aja Nih?

27 Juni 2019   12:41 Diperbarui: 27 Juni 2019   12:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Risih ga sih, kalau ada yang tiba-tiba nge-chat satu huruf aja, yang tidak lain, tidak bukan isinya "P" doang?  Meskipun secara tidak langsung, melalui share background knowledge, kita sudah bisa paham maksud dari huruf "P" itu.

Yaa, tapi kan, ada cara lain. Realitasnya kini, "P" itu sudah (dipaksa) masuk sebagai salah satu kategori sapaan setara "assalamualaikum", "hai", "hello", atau manggil nama, dll.

Padahal, ngechat dengan menggunakan penanda solidaritas juga bisa. Banyak sekali sistem sapa yang disediakan oleh sebuah bahasa yang mampu secara efektif mendukung strategi kesantunan muka positif, yaitu sistem sapa yang bisa digunakan untuk menunjukkan solidaritas atau pengikatan sosial dan emosi antar pelibat dalam sebuah interaksi, seperti nak, dik, mbak, mas, kakak, om, sayang, cah ayu, honey, dan sebagainya (Djatmika, 2016:85).

Lebih lanjut, Djatmika menyatakan bahwa penyebutan nama diri dalam bentuk vokatif juga memiliki fungsi yang serupa dengan sistem sapa tersebut, misal:

Mbak Kirana
Eh, kamu.
Eh, Mbak.

Maaf, aku memang termasuk golongan orang yang risih dichat pake satu huruf itu doang. Tanpa salam, dan dichat satu huruf doang berkali-kali sampe dibales. Kerisihan aku kayaknya dipengaruhi banget dari pelajaran Pragmatik yang berkaitan dengan berbahasa santun di bangkuh kuliah kemarin.

Jadi, apa sih bahasa santun itu?
Bahasa santun adalah bahasa yang diterima oleh mitra tutur dengan baik. Pernah baca teori relativitas-nya Sapir dan Worf?
Pernyataan kerennya yang berbunyi:
"Bahasa menentukan perilaku budaya manusia. Orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata, ungkapan yang santun, struktur kalimat yang benar menandakan bahwa kepribadian orang itu memang baik."

Bahasa dipandang berpengaruh besar terhadap kultur yang mewadahi lantaran bahasa menjadi penentu cara berpikir individu-individunya.  

Aku mau ngutip salah satu artikel yang aku baca dari alamat ini: mufatismaqdum.wordpress.com

Ada beberapa sikap budaya yang menjadi segi negatif ciri jati diri bangsa Indonesia dan sangat perlu diubah, di antaranya :
1. Sikap budaya yang meremehkan mutu yang berakibat tumbuhnya sikap kepuasan terhadap bahasa yang asal jadi.
2. Sikap budaya yang suka berlaku latah yang tercermin dalam sikap bahasa untuk membenarkan salah kaprah dalam pemakaian bahasa
3. Sikap budaya enggan bertanggung jawab sejalan dengan pikiran bahwa urusan bahasa bukan tanggung jawab masyarakat, melainkan tanggung jawab ahli bahasa

Jadi, yuk mulai membelajarkan diri berlaku santun dalam ranah percakapan media sosial! Tak apa ribet, setidak-tidaknya jika tidak bisa memulai menyapa dengan baik, bisa meneruskan ketikan "P" menjadi "Piu" (atau mungkin "Ping"), tetapi lebih baik lagi dengan menyapa seperti saran Bapak Djatmika. Itu bisa membuat mitra tutur kita merasa dihargai.

Sebab berbahasa dengan sopan-santun bukan hanya perlu dilakukan oleh ahli bahasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun