Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjaga dan Merawat Kebhinekaan Demi Keutuhan NKRI

16 November 2017   19:08 Diperbarui: 16 November 2017   19:16 13491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keberagaman dalam kehidupan bangsa Indonesia yang ditandai letak geografis terdiri atas berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote - merupakan sebuah anugerah yang jarang ditemui di dunia. Ini sekaligus menunjukkan bahwa kita  sebagai bangsa yang dikodratkan hidup dalam lingkungan plural, rukun, aman, nyaman dan damai.

Dalam kehidupan yang pluralitas ini tidak hanya sebatas geografis, namun keberagaman ditunjukkan dengan beraneka suku, adat, tradisi budaya, bahasa etnis maupun agama, termasuk para penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tersebar di masing-masing tempat.

Melihat kondisi demikian, banyak orang asing/luar Indonesia sangat terkagum dengan kehidupan yang penuh keanekaragaman tersebut.  Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama dalam pidatonya dalam Kongres Diaspora Indonesia yang digelar di The Hall Kasablanka, Jakarta menyebutkan pentingnya menjaga toleransi.

"Semangat negara ini (Indonesia) adalah toleransi. Semangat itu adalah salah satu pembeda Indonesia, karakter penting yang harus dicontoh semua negara, 'Bhinneka Tunggal Ika'", ujar Obama (Kompas.com - 01/07/2017, 20:24 WIB).

Kalau bangsa lain saja menghargai dan mengapresiasi tentang keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia, pastinya kita yang secara langsung merupakan bagian didalamnya -- disamping bangga memiliki karakter demikian -- juga patut untuk merawat serta menjaganya jangan sampai ada pihak-pihak tertentu hendak meretakkan nilai persatuan dan kesatuan yang sudah tertanam sejak para pahlawan dari berbagai suku di nusantara ini berjuang hingga meraih kemerdekaan.

Dalam telaah berperspektif sejarah, betapa berterima kasihnya kita kepada kegigihan serta  jiwa besar para founding fathers, para ulama, para tokoh agama, dan para pejuang kemerdekaan dari seluruh nusantara sehingga terbangun kesepakatan dalam masyarakat majemuk yang dapat mempersatukan kita sebagai bangsa Indonesia.

Hal yang tak bisa dilupakan tentunya dasar pijakan sebagai ideologi dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah tercakup dalam nilai-nilai Pancasila sebagai hasil dari rangkaian proses panjang yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945.

Sebagai penerus cita-cita bangsa, tentunya kita wajib merawat serta menjaganya serta meneguhkan komitmen untuk mendalami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar berbagai giat sehari-hari dalam bidang apapun.

Hanya saja dalam perjalannannya, kemungkinan menghadapi berbagai ancaman yang harus dihindari. Masuknya organisasi-organisasi radikal yang membawa ideologi bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila -- tetap harus selalu diwaspadai agar kehidupan berbangsa dan bernegara tetap kondusif.

Demikian pula proses perkembangan atas nama demokrasi (sejak reformasi) hingga  kini tengah berlangsung masih cenderung belum menampakkan citranya. Dilihat dari perkembangan maupun dinamika sosial yang terjadi -- masih ditengarai rentan terhadap konflik, fragmentasi dan polarisasi sosial.

Seperti halnya beberapa lembaga sosial dan politik yang ada selama ini masih belum menampakkan perubahan paradigma dalam berdemokrasi. Di kalangan partai politik, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dan lainnya masih menampakkan konfliknya.

Munculnya kubu-kubuan di kalangan parpol di parlemen, dan juga adanya koalisi-koalisi yang nampak selama ini menandakan adanya pengkotak-kotakan atau pertarungan kepentingan. Dan jika masing-masing parpol tidak mampu mengkonsolidasi diri bisa jadi akan berdampak lebih luas.

Tak terkecuali menyangkut kerukunan umat beragama (atau menurut penulis: kerukunan umat Berketuhanan Yang Maha Esa) yang belakangan ini sering digelar, dilakukan diberbagai kesempatan, dialog antar tokoh umat, semuanya bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik antar umat. Terlebih menjelang/memasuki tahun politik 2018 dan 2019 tidak menutup kemungkinan agama akan disusupi kepentingan politik tertentu.

Hal-hal tersebut menjadi persoalan mendasar dan patut dicatat untuk kemudian diantisipasi bilamana kita berkomitmen untuk selalu menjaga, merawat dan menjunjung kebhinekaan, menjadi bangsa yang berjati diri, santun, jiwa gotong royong, penuh toleransi sebagaimana telah tercakup dalam nilai-nilai luhur Pancasila, demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun