Mohon tunggu...
Maezatul listiani
Maezatul listiani Mohon Tunggu... Lainnya - Titi

Lombok📍 Uin malang Pendidikan islam anak usia dini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Mengembangkan Nilai Moral pada AUD

27 Oktober 2021   19:51 Diperbarui: 27 Oktober 2021   20:17 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boneka berserakan di teras rumah, disertai tangisan yang terdengar begitu keras. Namanya syifa,ia anak kecil yang baru menduduki taman kanak-kanak, ibunya tidak membujuknya supaya berhenti menangis melainkan tidak peduli anaknya yang tantrum dan terus memarahi syifa. Ada sebab kenapa ia menangis.

Flash back

Syifa adalah anak yang baru duduk di taman kanak-kanak, karena pandemi ini semua lembaga pendidikan mengharuskan sekolah diadakan secara daring, hingga anak tk sekalipun harus belajar melalui ponsel,hal ini tentu saja tidak efektif untuk dilakukan tapi apa boleh buat pemerintah menetapkan pembelajaran jarak jauh. 

Syifa yang mencoba terbiasa dengan sistem pendidikan ini membuatnya lalai dan terkesan berlebihan dalam menggunakan media elektronik atau ponsel, setiap hari ia memainkan ponsel dari pagi hingga malam, kalau ponselnya tidak diambil pasti syifa tidak akan berhenti menonton youtube di ponselnya. 

Karena ponsel syifa di marah oleh ibunya, dia terlalu sering bermain gadget, hingga membuatnya malas untuk belajar dan sering kali berkelahi dengan kakaknya hanya karena ponsel.

Ibu: "syifa, sudah main ponselnya,kamu sudah terlalu lama, sini ponselnya". Ibu langsung mengambil ponsel yang ada di tangan syifa dengan paksa dan dengan nada keras.

Syifa: " ibu, kembalikan ponsel itu, aku mau main lagi(syifa berbicara dengan nada keras pada ibunya).

Ibu tetap saja tidak memberikan ponsel pada syifa, itu yang membuat syifa tantrum,dan melempar bonekanya ke teras.ibu yang melihatnya tetap dia, dan tidak mempedulikan syifa.

Penggalan cerita diatas, menunjukkan bahwa ponsel memiliki dampak positif dan juga negatif pada penggunanya, terlebih untuk anak kecil.

Namun pernahkan anda berfikiran bahwa ponsel juga mempengaruhi nilai moral pada anak usia dini, seperti cerita diatas ponsel syifa ditahan oleh ibu hingga membuat ia tantrum dan berkata keras pada ibunya. Hal ini mempengaruhi nilai moral syifa.

Perlu diketahui bahwa pengarahan dan keteladanan moral perlu untuk dilakukan sejak dini,sehingga anak berperilaku sesuai dengan moral yang telah diajarkan sebelumnya. Ketahuilah anak adalah peniru ulung, yang berarti "mana yang ia lihat dan dengar itulah yang ia tirukan". 

Jadi sebagai orang tua harus berhati-hati dalam bertindak dan berkata karena anak memiliki memori dalam jangka waktu yang panjang sehingga berikan kesan masa kecilnya sesuatu yang baik, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bermoral dan beragama yang baik.

Apa si moral itu?

Moral memiliki arti akhlak, dan budi pekerti yang baik, ditunjukkan dengan kemampuan seseorang dalam membedakan mana perilaku yang baik dan buruk baginya. 

Sama halnya menurut maria j wantah, moral merupakan suatu yang bersangkutan dengan keterampilan dalam menentukan benar atau salah serta baik atau buruknya suatu perilaku pada diri seseorang. 

Pengertian yang berbeda menurut sonny keraf bahwa moral merupakan suatu yang digunakan sebagai dasar untuk menilai perbuatan yang dirasa baik dan buruk dalam suatu masyarakat. Dalam artian seseorang dikatakan bermoral bila tindakan dan perilakunya dianggap baik dalam suatu masyarakat. 

Berdasarkan kedua pengertian moral, dapat disimpulkan bahwa moral ialah suatu perilaku dan perbuatan seseorang yang dirasa baik atau buruk dalam suatu masyarakat yang berkembang. Jadi moral sangat berkaitan erat dengan bagaimana seseorang berinteraksi antar orang sekitarnya.

   Faktanya       

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi, membuat anak bangsa mengalami krisis moral dan juga agama, terlebih pada anak usia dini yang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya semakin kurang hormat pada orang tua, keluarga, dan orang yang lebih tua darinya, sering melakukan perilaku yang menyimpang, membangkang, sering berbohong sudah dianggap hal yang biasa terjadi dan terkesan wajar. 

Hal ini terjadi bukan serta merta karena zaman dan kemajuan teknologi melainkan kurangnya pendidikan moral yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan menguatan moral pada anak usia dini,yang diperoleh dari pengajaran orang tua, pendidikan disekolah,orang sekitar, dan memberikan tontonan yang positif baik di televise ataupun di ponsel. Pemahaman orang tua akan pentingnya nilai moral pada anak usia sangat diperlukan.

Sebagai orang haruslah mengerti betapa pentingnya mengajarkan moral pada anak sejak dini, untuk membentuk manusia yang bermoral di kemudian hari. 

Meskipun anak Anda akan sering melanggar nilai moral, saat mereka melanggar nilai moral hal itu merupakan kesempatan untuk membantun mereka belajar terkait nilai moral yang baik,mengajari mereka benar dan salah, akan memandu perkembangan moral anak prasekolah Anda. 

Lantas bagaimana saja cara mendidik anak nilai moral tersebut?berikut penjelasannya:

a. Berikan penjelasan yang jelas tentang apa itu nilai moral

Dalam hal ini anda sebagai orang tua, dianjurkan untuk memberikan anak cerita moral dari usia 5 atau 6 tahun. Setelah memberikan cerita moral pada anak, berikan contoh sederhana terkait nilai moral yang sesuai dengan isi cerita yang dibaca, tentu dengan contoh yang sederhana, seperti jangan mengambil barang orang lain tanpa izin, karena barang itu milik dia. Saat pengetahuan moral anak meningkat teruslah pantau anak dengan ketat, seperti apa yang ia tonton yang ia baca.

b. Memberikan pujian pada anak

Berikan pujian pada anak anda, bila ia melakukan perbuata yang baik,seperti setelah ia merapikan mainannya, katakana pada anak,"kamu gadis yang baik, dan rajin". Ketika Anda menunjukkan pilihan positif, anak Anda akan menjadi lebih termotivasi untuk terus bekerja dengan baik.

c. Menanamkan rasa bersalah, bukan rasa malu pada anak

Perlu anda ketahui bahwa rasa bersalah merupakan wujud dari hati yang sehat. Ketika anak melakukan kesalahan dan menyakiti orang lain. Penting untuk menumbuhkan sikap emosional pada anak agar anak dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Rasa bersalah ditandai dengan pemikiran seperti"saya telah melakukan hal yang buruk".

Rasa bersalah berarti reaksi yang normal dan sehat. Itu berarti anak Anda menyesali apa yang telah mereka lakukan---dan itu dapat memotivasi mereka untuk menebus kesalahan. Perasaan bersalah juga dapat mencegah mereka melakukan kesalahan yang sama di masa depan.

d. Tegur pilihannya, bukan orangnya

Hindarilah menegur anak dengan mengatakan" kamu gadis yang membangkang" atau " kamu nakal sekali". Fokuslah pada tindakan anak, seperti kamu sudah melakukan pilihan yang buruk. Kemudian Jelaskan bahwa merasa sedih, marah, gembira, atau emosi lainnya tidak apa-apa. Tapi jangan memukul orang, atau memperlakukan mereka dengan buruk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun