Dua-dua, bahkan sudah ada anak dua
Tiga-tiga, sayanya ditanya"kapan?"
Satu, dua, tiga, waktu menjawabnya
Kalau kamu membaca judul lalu melanjutkan membaca tiga kalimat di awal tulisan ini dengan nada dari lagu masa kecil, saya berhasil menggiring. Kalau datar-datar saja dan baru sadar kalau saya sedang mengganti lirik sebuah lagu, saya juga berhasil. Berhasil mengecoh.
Oya, lama tidak menulis tulisan panjang, kali ini saya mau curhat saja. Mumpung keadaannya sedang relate. Relate dengan saya yang sepertinya nyaris galau ditemani alam yang serasa ikut mengaminkan dengan datangnya rintik-rintik hujan. Ehem.
Satu-satu Teman Saya Menikah
Hari ini, seorang teman saya (lagi-lagi) menganti statusnya. Dari lajang menjadi punya pasangan. Teman masa kecil yang jarak rumahnya hanya terjeda dua rumah.
Senang? Tentu, karena teman saya telah menemukan belahan jiwanya. Sedih? Ada, karena di acaranya yang istimewa itu saya tidak bisa hadir untuk menjadi saksi mata kebahagiannya secara langsung. Kalau Mbak menemukan tulisan ini, "Maaf ya, Mbak."
Selain ketidakhadiran, saya juga bertambah sedih karena momen ini makin menegaskan bahwa tinggal saya di deretan kompleks yang belum merayakan pergantian status. Hore! Satu deret di komplek perumahan saya banyak yang sebaya~, btw.
"Berat bebanku~~~~"