Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tim Thomas Indonesia dan Hometown Cha-Cha-Cha: Sama-sama "Happy Ending"

18 Oktober 2021   15:53 Diperbarui: 18 Oktober 2021   16:00 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah canva | ilustrasi hometown Cha-cha-cha dari wowkeren.com dan Tim Thomas Indonesia dari dok. PBSI

Tujuh belas oktober dua ribu dua puluh satu yang tidak akan dilupakan.

Berbicara soal pertandingan bulu tangkis, kehadiran penonton Indonesia tentu tidak dapat dipisahkan. Maniak! BL, istilahnya atau Badminton Loves. Begitupun drama Korea, tidak sedikit penonton dari Indonesia yang mengikutinya dan salah satu yang sedang banyak dibicarakan adalah Hometown Cha-cha-cha. Kamu tim yang menonton salah satu atau keduanya?

Drama Menonton Final, Malah Mati Listrik!

Jalan Indonesia mendapatkan piala sangatlah mulus, namun tidak dengan saya yang menontonnya.

Cabang olahraga bulu tangkis memang selalu dinantikan karena sudah banyak catatan terbaik yang pernah ditorehkan atlet-atlet Indonesia. Ya, meski tidak melulu menang, seperti halnya perebutan piala semalam yang harus kita tunggu kedatangannya selama 19 tahun. Thomas Cup!

Setelah bertemu Algeria, Thailand, Chinese Taipe, Malaysia, Denmark, dan diakhiri manis dengan bertemu China, piala itu kembali lagi ke tanah air tercinta. Meski ada kenyataan yang harus diterima dengan legawa yaitu bendera merah putih yang berganti dengan bendera PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia). Hiks.

Kenyataan lain yang tidak akan saya lupakan adalah kejadian mati listrik yang datang tepat saat final dimulai. Waktu yang sudah dinantikan, pukul 6 sore, yang saya bayangkan akan diisi dengan kehebohan di kamar kos sambil ditemani kentang goreng nyatanya tidak terjadi.

Semua menjadi gelap dan sepi.

Beruntung, di awal pertandingan saya masih bisa menyimak Ginting bermain. Namun, di partai kedua saya tidak bisa memantaunya sama sekali. HAHA. Jaringan sudah tidak stabil bahkan live score dari kakak dan teman via whatsapp juga telat datang.

Yang bisa saya lakukan adalah menggerutu sendiri di bawah temaram lampu darurat selama hampir 3 jam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun