Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan dan Ingatan-ingatan Masa Kecil

19 April 2021   22:00 Diperbarui: 19 April 2021   22:39 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak-anak sedang mengaji | https://www.soundvision.com/

Waktu itu~

Mengenang suasana Ramadan di masa kecil selalu membawa saya pada ingatan-ingatan yang membahagiakan. Ingatan-ingatan tentang Ramadan yang saya lalui bersama teman-teman sepermainan yang memang sekompak itu. Ingatan yang selalu tiada pernah habis diceritakan ketika kami membicarakannya hari ini.

Ingatan yang diawali dengan kata, "kamu inget gak?"

Ketika Satu Perumahan Isinya Sebaya

Alhamdulillah. Setiap mengenang masa kecil, saya selalu merasa beruntung. Beruntung karena waktu yang tidak pernah bisa diulang itu saya pernah mengisinya dengan cerita-cerita yang lebih banyak sukanya.

Pertama, saya beruntung karena orangtua saya tinggal di tempat yang mendukung saya untuk bersosialisai. Tempat  di mana saya tidak pernah merasa sendirian. Seperti sudah diatur, satu perumahan di zaman itu kebanyakan memang sebaya. Lahir direntang 90-an.

Karena faktor usia yang tidak terpaut jauh, saya menduga atau memang sudah bisa ditebak, membuat saya dan teman-teman sangat dekat sekali. Apalagi zaman itu kami belum banyak terkontaminasi gadget dan bermacam-macam aplikasi media sosial. Adanya media sosial saat itu ya dengan bermain, belajar, atau mengaji bersama.

Cerita Tiap Ramadan Tiba dan Masjid Kami 

Tidak hanya bulan Ramadan kami datang mengaji di masjid. Akan tetapi di bulan Ramadan memang ada yang beda karena kami mengaji selama sebulan penuh.

Selain dari frekuensinya, mengaji selama bulan Ramadan menjadi spesial karena selalu ada takjil yang kami bawa tiap kali pulang. Takjil berasal dari warga yang diatur bergiliran, takjil yang pada suatu hari akan ditemui takjil buatan orangtua kami sendiri. Takjil yang menjadi penyemangat kami. Eh.

Ya, kegiatan Ramadan di masjid perumahan kami termasuk yang berjalan baik. Yang kemudian tidak mengherankan jika bukan anak-anak perumahan kami saja yang mengikutinya, pun dari desa sekitar. Jadilah bulan Ramadan selalu berhasil membuat masjid di perumahan akan lebih ramai didatangi anak-anak mengaji sembari menghabiskan waktu sampai berbuka puasa bersama. Seru sekali!

Aha. Jadi ingat, buka bersama yang kami lakukan juga sering kali diisi momen gelas-gelas berisi teh yang tumpah setelah beberapa menit yang lalu baru diingatkan. Respon yang  menumpahkan ada yang menangis, ada juga yang biasa saja. Hehe. Ya maklum isinya anak-anak semua, guyon ke senggol lalu tumpah.

Menyiapkan Pentas Seni Dalam Waktu Sebulan

Selain mengaji, berbuka bersama, dan mendapat takjil, kegiatan Ramadan di masjid perumahan kami adalah adanya penampilan pentas seni khusus Ramadan. Pentas seni yang biasanya akan diadakan mendekati lebaran.

Ada banyak bentuk pentas seni yang ditampilkan. Untuk usia TK biasanya akan menampilkan gerak dan lagu, sedangkan usia SD dan SMP biasa akan mendapatkan penampilan yang lebih susah seperti drama Islami. Meski persiapan sampai hari pertunjukan pentas seni itu membutuhkan kurang dari sebulan, pengalaman dan kesannya tidak mudah dilupakan. 

Salah satu yang tidak dilupakan adalah tirai  panggung yang bisa dibuka dan ditutup jika ditarik manual oleh orang yang bersembunyi di baliknya. Tirai yang berfungsi untuk menata anak-anak sebelum pentas benar dimulai. 

Lain hal lagi, seingat saya, saya masih kelas empat waktu itu, saya sempat membacakan sebuah puisi berjudul "Malam Seribu Bulan"Ah, ya. Ternyata dari dulu saya sudah jatuh cinta dengan puisi, walau sampai sekarang membuat puisi masih tidak pandai-pandai juga. HAHA.

Begitulah suasana Ramadan yang pernah saya habiskan sewaktu kecil. Masa di mana sore adalah waktu yang dinantikan tapi bukan hanya tentang senja. Dari menanti ada yang memanggil nama dari balik pagar untuk mengaji sampai menantikan suara sirine pertanda buka puasa bersama teman-teman sambil menjaga gelas kami masing-masing.

Rindu tapi cukup dikenang. Apa kabar kalian? Masih ingatkah cuplikan-cuplikan cerita yang saya ceritakan ini?

Salam,

Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun