Saya kira bukan hanya saya yang merasa, semua yang menjalaninya pasti juga sama. Suasana Ramadan yang bahkan sudah bisa dideteksi dari hal-hal yang ada di sekitar kita.
Dari toko-toko perlengkapan ibadah seperti sarung, mukena sampai beragam model kerudung yang mulai banyak diincar. Dari iklan di televisi yang mulai memunculkan minuman berbagai rasa. Dari lagu-lagu yang muncul bergenre religi.
Apalagi saat sudah benar-benar tiba. Suasana Ramadan jelas terasa.
Suasana di waktu datang sahur yang ramai dari jalan dan pengeras suara masjid. Suasana di waktu jelang buka yang membuat jalan raya dipenuhi orang-orang dengan kendaraannya demi mencari takjilan. Sampai waktu malam di mana langkah kaki menuju masjid untuk tarawih tak kalah ramainya. Baru sehari di bulan Ramadan saja sudah banyak perbedaan jika dibandingkan hari-hari biasanya, ya kan?
Oya, tidak lupa juga dengan kehadiran bunyi-bunyi petasan nan mengagetkan yang menjadi jadi khas Ramadan.
Jadi tidaklah heran jika kemudian orang-orang terutama umat muslim berharap untuk bisa menikmatinya. Karena selain dari ibadahnya, pun suasana yang diciptakan yang khas Ramadan banget.
Semakin hari, suasana Ramadan bukannya makin memudar justru makin nyata lagi. Seperti di akhir-akhir penghabisan bulan Ramadan, di mana selain orang sibuk beribadah pun bersiap untuk pulang ke kampung halaman: Mudik.
Sebagai salah satu pemudik di waktu Ramadan jelang lebaran, suasana mudik memang sespesial itu jika dibandingkan dengan pulang di hari-hari yang lain. Yang memang menjadi terasa bahwa pulang ke rumah bukan hanya tujuan saya sendiri, tapi sebagian orang yang memenuhi jalan.
(3)Khas Ramadan: Makanan
Tidak harus menunggu Ramadan, tapi mengapa rasanya ada yang beda?
Kolak, kurma, timun suri, kolang kaling adalah beberapa panganan khas Ramadan yang selalu dicari dan dinikmati. Padahal di luar Ramadan, bisa saja kita konsumsi kurma, bisa juga membuat kolak pisang atau ubi, apalagi bertemu timun suri yang memang tidak kenal waktu tertentu untuk tumbuh.