Bukan berarti tidak takut lagi, tapi dari Ramadan tahun ini kita sudah banyak belajar dari tahun lalu. Belajar menghadapi korona dengan cara mengadaptasi kebiasaan normal baru. Ya, mau tidak mau memang beradaptasi harus kita lakukan. Walau jadi berbeda, walau jadi tidak seperti biasanya, walau banyak yang harus dibiasakan dari awal.
Alhamdulillah, di Ramadan kali ini masjid-masjid sudah dibuka untuk melakukan ibadah bersama. Namun, memang dengan protokol kesehatan yang harus kita jalani dan sama-sama sadari.
Seperti di masjid Istiqlal yang di hari pengumuman puasa pertama sudah memberitahu tentang pembukaan masjid untuk salat tarawih bagi 2000 jamaah. Angka yang kelihatan besar padahal kecil kalau dibandingkan daya tampungnya. Akan tetapi tetap perlu disyukuri bukan?
Ah, iya. Sampai di hari kedua Ramadan saya sendiri masih melakukan tarawih di rumah. Itu juga Alhamdulillah.
Bulan Ramadan yang identik dengan kumpul bersama seperti buka bersama pun kini masih tidak sebebas tanpa korona. Panduan WHO juga menyinggungnya, bahwa pertemuan massal untuk saat ini memang sebaiknya dilakukan virtual dan media sosial yang bisa menjadi salah satu media perantaranya.
Ah iya. Bukankah bukber suka jadi perbincangan yang seru di awal tapi satu-satu kemudian hilang bak sudah lupa ingatan sampai tau-tau lebaran?
Tarawih di masjid atau di rumah, silakan. Bukber langsung atau virtual, silakan. Yang penting munculkan kesadaran bahwa saat ini kita sedang sama-sama menjaga satu sama lain. Menjaga diri kita sehat sama dengan menjaga kesehatan orang lain.
Mudah-mudahan, Ramadan tahun ini bisa kita lewati dengan lebih baik karena kita belajar dari Ramadan tahun lalu.
Baru dua hari puasa, masih semangat dong? Selamat berpuasa~ Karena kabar baiknya yang tidak boleh dilupakan adalah tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa puasa bisa meningkat risiko infeksi COVID-19, lho.
Mari berdoa bersama agar pandemi segera berlalu. Aamiin
Salam,
Listhia H. Rahman