Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada Perjalanan Panjang dalam Sepiring Makan Kita

16 Oktober 2020   19:26 Diperbarui: 16 Oktober 2020   22:31 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam sepiring makananmu ada perjalanan panjang yang terkadang tak disadari| Ilustrasi: unsplash.com/ Christopher Jolly @chris_jolly

Itu baru contoh satu pangan bernama nasi. Bagaimana dengan nelayan yang juga turut kita nikmati hasil tangkapannya dan pahlawan penjaga pangan lainnya?

Refleksi Hari Pangan Sedunia

Sejak tahun 1981 tanggal 16 Oktober menjadi salah satu tanggal penting di seluruh dunia.

Tanggal yang ditetapkan sebagai Hari Pangan Sedunia yang diselenggarakan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tanggal yang sama dengan berdirinya organisasi tersebut di tahun 1945.

Setiap tahunnya, Hari Pangan Sedunia mengangkat tema yang berbeda. Di tahun ini, tema yang diambil adalah "Grow, Nourish, Sustain, Together." (Tumbuh, Memelihara, Mempertahankan, Bersama).

Tidak seperti tahun sebelumnya, di Hari Pangan kali ini kita peringati di situasi yang sulit. Di mana kita masih menghadapi di tengah pandemi yang menjadikan kesadaran kita terhadap sektor pangan menjadi lebih tinggi. 

Pangan telah menjadi bahan makanan pokok yang tidak bisa dilewatkan karena mendukung keberlangsungan kehidupan kita sedari dulu. 

Apalagi sejak adanya pandemi korona yang bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan dan gizi tak hanya di Indonesia, tetapi juga di penjuru dunia. Ancaman yang sangat memungkinkan menambah angka kelaparan dan malnutrisi.

Ya, seperti sebuah efek domino. Pandemi ini melahirkan masalah ke masalah yang lain. Seperti kehilangan pekerjaan akibat pandemi -- pendapatan berkurang -- daya beli menurun -- kesulitan mengakses pangan yang akhirnya bisa menimbulkan kelaparan dan masalah gizi.

Padahal di sisi lain, situasi pandemi ini menuntut kita untuk memenuhi pangan yang tidak hanya semata-mata mengenyangkan perut. Akan tetapi juga memilih pangan yang bergizi untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan virus korona.

Jadi siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban atas masalah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun