Tidak hanya menonton, sebelum dan setelah jadwal penayangan, saya pun mendapat asupan ngobrol film bersama sutradara film Ziarah (B.W Purbanegara), tokoh Prapto sebagai cucu Mbah Sri (Rukman Rosadi) dan juga Head of Content BioskopOnline (Gupta Gautama) secara langsung melalui kanal youtube Kincir-cinema club.
Semacam bedah film mini, yang setidaknya menjawab sedikit rasa penasaran,iya sedikit karena beberapa hal memang dibiarkan menjadi pikiran"liar" kita sebagai penonton.
Karena saya orang yang mudah penasaran setelah menonton sebuah film -entah jalan cerita yang sebenarnya mau dibawa ke mana sampai proses di belakang layar apalagi jika adegan itu benar-benar membekas- jadilah rangkaian dari penayangan film sampai diskusi ini jadi asupan yang pas bagi saya.
Walau sempat ada masalah jaringan, tapi itulah serunya bertemu secara daring. HEHE.
Pelajaran paling Sulit yang Diajarkan Mbah Sri
Jika menilik dari laman kbbi, ziarah diartikan sebagai kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dan sebagainya). Namun bukan horor tentang sesuatu yang gaib, "horor" yang berbeda.
Berdurasi selama 87 menit, film ini bercerita tentang Mbah Sri (Ponco Sutiyem, 95 tahun) yang melakukan perjalanan untuk mencari makam suaminya, Prawiro Sahid. Suami yang tidak pernah kembali ketika Agresi Militer II.
Tidak mudah untuk Mbah Sri menemukan makam yang ia cari. Dari satu tempat ke tempat lain, dari satu orang ke orang yang lain. Mbah Sri tidak lelah mencari kepastian dalam bentuk cerita yang tidak utuh.
Selama perjalanan dalam mencari makam, Cucu Mbah Sri turut terlibat untuk mencari Simbah yang pergi tanpa pamit.