Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyikapi Fenomena "Ditinggal Pas Sayang-sayangnya", Sedih Sih...

14 Juni 2019   22:26 Diperbarui: 15 Juni 2019   23:10 3026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi | unsplash.com

Kamu jadi pelaku atau korban nih?

Ternyata rasa sayang tidak selalu menyenangkan. Seperti ketika kita sudah sayang dengan seseorang eh malah si dianya menghilang. Kan kesel,ya. Kok perihal perasaan jadi dianggap seperti mainan. Kalau masih baru saja tidak mau dilepaskan, sudah bosan ditinggalkan. Cari yang baru lagi?

Tenang, ges gak perlu merasa spesial. Soal kasus semacam ini bukan kasus khusus buat kamu saja. Banyak juga yang mengalami: ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Entah karena si pelaku memang sengaja melakukan dengan modus kalau sudah sayang tandanya saatnya meninggalkan atau korban saja yang merasa terlalu baper, padahal si dianya merasa biasa dalam memperlakukanmu tapi kamu saja yang melebihkan. Dikira si dianya sayang padahal aja.

Mengapa Fenomena Ini Bisa Banyak Terjadi?

Jadi siapa yang paling salah dong?
Tidak perlu saling menyalahkan. Walau berperan sebagai korban tentu rasanya ingin dipihak yang dibela. Apalagi yang banyak menjadi ditinggalkan kebanyakan adalah perempuan, sedang laki-laki ya jadi pelakunya. Eh, bener ga nih?

Bukan karena saya perempuan lalu membela yang segolongan, setidaknya pandangan ini saya dapat karena hasil matengin salah satu konten youtube om-om yang suka dicurhatin netizen masa kini, Raden Rauf, dengan tema yang mirip yaitu "Ngilang Pas Lagi Sayang-sayangnya."


Dari video edisi #galaumalamjumat berdurasi 9.37 menit itu ada banyak hal yang ternyata jadi masuk akal terkait mengapa cowok jadi suka menghilang tiba-tiba, nyaingi pesulap. Nah, barangkali beberapa petuah yang menarik dari om Raden Rauf ini bisa kita resapi,ya.

 "...perlakuan lo ke dia didasarkan karena seberapa besar elo nggak mau kehilangan dia, itu udah ngga bener..."

"...cowok itu nggak suka kalau udah nggak penasaran sama elo, makannya kalau udah ngga penasaran sama elo...ya udah...'ah gampang banget dapetin cewek ini'. Gitu lho."

"...cowok tu paham kalo cewek itu 'ah dia suka sama gue kok', cowok jadinya ngerasa gue mau ngapain aja bebas... "

"Seberapapun lo cintanya sama dia, jangan sampe lo setakut itu kehilangan dia. Santai aja. Karena cowok itu justru mengejar lo karena lo punya prinsip, karena lo punya batas-batasan, karena lu punya value. Standar lo tinggi."

Mana yang kamu banget? Bener apa bener semua? 

Ternyata dari video tersebut, masalah si dia pergi pas lagi sayang-sayangnya adalah karena kita sendiri. Kita yang terlalu takut kehilangan sehingga memperlakukan si dia begitu spesial dan saat tiba-tiba si dia menjadi hilang jadi terasa benar. Jadi nyesek padahal sudah semuanya diberikan. Kurang apa lagi?

Selengkapnya sila cek di videonya, dijamin mantul.

Menyikapi Fenomena "Ditinggal Pas Sayang-sayangnya" dengan Bijak

Jadikan saja pelajaran. Intinya jangan buru-buru terlalu sayang, kalem. Sayang boleh tetapi jangan kebablasan. Sebab rasa sayang yang kita miliki akan sebanding dengan rasa sakit yang kita terima nanti.

 Coba beri ruang dan waktu untuk lebih saling mengenal. Tahu sendiri, masa-masa diawal memang dipenuhi harapan dan janji yang manis dibayangkan. Jangan terlena, tetap jaga standar.

Buktikan bahwa kamu memang pantas untuk diperjuangkan bukan sebaliknya ditinggalkan. Kalau harus menjadi kehilangan, ya terima saja. Toh, hubungannya juga belum terikat pasti. Risiko. Jadi memang harus hati-hati dalam menjaga hati.

Tidak ada yang sia-sia, seperti ketika harus menghadapi pengalaman ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Mungkin memang dia datang hanya untuk bertamu, bukan menemani sepanjang hidupmu. Jadi ya terima sambil kurang-kurangilah ge-er (gede rasa) deh ya. Menutup tulisan ini mari kita sama-sama bersenandung, 

"...kowe lunga pas aku sayang-sayange. Tanpo pamit kowe ngadoh ngono wae. Aku rangerti salahku dan kau campakan diriku. Bersanding dengan kekasih barumu.." 

Bhaay!

Salam,

Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun