Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Caraphernelia

11 Januari 2019   23:46 Diperbarui: 12 Januari 2019   22:40 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | https://www.deviantart.com/

Seperti tempat ini, dunia mayanya pun terasa hampa. Tak ada email masuk, pemberitahuan pada beberapa akun media sosialnya pun nihil. Jika ada paling mengirimkan permintaan bermain game.

Kinanti mulai bosan dan mentutup jendela pencariannya. Pandangannya beralih pada jendela yang lain. Jendela disampingnya. Hujan masih menguyur kota bunga. Gerimis mesra yang membuat jalan-jalan kota tak begitu ramai lalu lalang kendaraan. Di sepanjang jalan pun suasana nampak terlihat hangat terkena lampu jalan yang mulai menyala. Hari hampir petang disambut senja yang sebentar lagi datang. Ya, Kinanti suka menunggu senjanya disini.

Tiba-tiba lamunanya terpecah, ketika suara wanita yang mengantarkannya tadi datang membawa nampan yang berisi pesanannya.

"Maaf mbak, ini pesanannya ya." ujar wanita ramah itu sambil meletakan segelas es cokelat dan  sepotong roti bakar di samping netbooknya.

"terima kasih"

Lagi-lagi, Kinanti tak ingin banyak bicara hari itu dan biarkan senyumnya menjawab lebih banyak. Setelah itu si wanita ramah segera pergi membiarkannya sendirian.

Kinanti mencoba meraih gelas berisi es cokelat kesukaannya. Dia tak suka cokelat. Justru ia lebih menyukai es, ia suka mengunyahnya. Dia tak juga lapar, roti bakar itu cuma pemanis mejanya. Biar ramai.

Hari ini tak ada tugas yang mengejarnya. Semua  nampak membuat hidup  menuntutnya untuk santai. Namun justru dia bingung dan harus berbuat apa.  

Lamunannya kembali pada jendela  berkaca besar disampingnya. Sepertinya peri hujan masih senang bermain hingga senja memilih buru-buru pulang. Senja yang lewat sebentar. Kali ini senja  tak juga sempat mampir. Kinanti pun menghela nafas dan memejamkan matanya sebentar, membuang beban pikiran di udara.             

Ia membuka matanya lagi. Tiba-tiba ia tertarik pada netbook di mejanya. Membuka beberapa folder dan melihat gambar-gambar barangkali bisa membuat pikirannya lebih segar.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun