Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tolong, Jangan Asal Membunyikan Klakson!

9 September 2017   22:48 Diperbarui: 11 September 2017   13:56 4279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari youtube Raisa

Karena saya pun termasuk orang yang pelit dalam memberikannya.

Kira-kira dua tahun belakangan, semenjak saya sedang rajin-rajinnya berkendara dalam jarak yang lumayan jauh, soal klakson adalah perihal yang menjadi salah satu keresahan saya, atau mungkin bukan hanya jadi keresahan saya semata, pun dirasa banyak orang yang memanfaatkan kendaraan juga (baik itu pengemudi atau penumpang)?

Tipe Pengendara yang 'Pelit'

Sebagai salah satu pengguna jalan, dalam hal ini adalah pengendara sepeda roda dua, saya sangat yakin bisa menjawab jikalau ditanya berapa berapa kali saya membunyikan klakson dalam satu kali perjalanan. Kenapa? Ya, karena memang saya pelit sekali untuk menekan tombol 'terompet' tersebut. 

Selama berkendara paling gak sampai lima kali, tiga kali juga jarang sih. Seringnya malah nol alias tidak pernah membunyikannya sama sekali. Menekan klakson yang paling sering dilakukan justru  ketika sudah sampai di rumah, dengan tujuan agar segera di bukakan garasi. Itu juga sekali aja. Haha. Kode-kode orang rumah gitu!

Pun penggunaan klakson saya yang amat pelit ini tidak hanya berlaku pada yang jaraknya dekat, jarak jauh yang berpuluh-puluh kilometer saya sudah biasa lho berpuasa untuk tidak memberikan klakson. Bukan, bukan saya tidak paham akan fungsinya, justru saya coba untuk memahami lebih dalam hingga saya tidak menggunakannya seenak jidat. 

Oya, selain jarang memberi klakson, saya juga paling menghindari dan meminimalisir untuk jadi yang diklakson. Walau hal ini memang agak sulit sih, tapi paling tidak saya  masih bisa hitung berapa orang yang memberi klakson saya di jalan sesuai dengan situasinya. Dan Alhamdulilah, juga jarang.

Memang Sayangnya...

Tidak Semua Bisa Memaknai Klakson dengan Benar

Saya tidak tahu, apakah orang-orang yang membunyikan klakson dengan mudahnya itu benar-benar mengerti apa itu sebenarnya arti keberadaan sebuah klakson. Apakah benar digunakan untuk memberi tanda peringatan? Atau hanya tombol yang menghasilkan suara agar membuat orang yang ada di depannya jadi minggir karena kurang sabar? Atau malah bikin kaget aja, iseng?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun