Mohon tunggu...
Liska Julianti
Liska Julianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar jangan hanya belajar

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluarga Terbelah Dua (Broken Home) Bukan Akhir dari Perjalanan Hidup

19 Oktober 2021   19:59 Diperbarui: 4 November 2021   19:36 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapakah yang ingin terlahir dari keluarga yang broken home?

Broken Home bukan suatu hal yang diinginkan oleh setiap anak ataupun orang tua di dalam suatu keluarga. Anak ingin merasakan peranan kedua orang tua, bukan melihat ayah dan ibu bertengkar, saling diam tak ada satupun kata yang terucap, tidak pernah makan bareng bahkan jalan berdua pun sudah tidak pernah itu semua bukan bagian yang mereka inginkan.

Ada perkataan yang anak yang ditakutkan saat itu keluar dari mulut ayah ataupun ibu yaitu "Ceraikanlah/pisah" kata tersebut merupakan ketakutan terbesar untuk seorang anak. Perceraian bukan akhir dari sebuah solusi mengkahiri permasalahan akan tetapi menambah konflik baru dalam suatu keluarga, bahkan anakpun ikut sebagai korban mereka. Terkadang itu membuat psikis anak menjadi terganggu, bahkan hancur sehancurnya. 

Mawar terlahir dari keluarga yang terbelah dua sejak kecil, mawar mempunyai kakak tiri dan adik tiri walaupun mereka adalah saudara tiri tetapi, ia tetap menyayangi mereka. mawar diasuh oleh nenek dan kakek sejak umur 2 tahun. 

Ibunya meninggalkan Mawar tanpa sepengetahuannya, dan ketika itu ibunya berusaha membujuk Mawar untuk izin menikah lagi. dan usia Mawar ketika itu berumur 7 tahun tepat dimana Mawar duduk dibangku sekolah dasar. 

bagaimana tanggapan Mawar perihal ibunya yang ingin menikah lagi? Hancur sudah pasti ada, sedih, kecewa, benci dan tak bisa diucapkan dengan kata-kata. ia yang belum paham arti sebuah perceraian akan tetapi, di hadapi dengan kata tersebut. Ia membutuhkan motivasi untuk membuat bangkit dan survive kembali. 

Selama ia kehilangan sosok ayah, selam itupun tak tahu jati diri mawar yang sesungguhnya dan selam itupun ia kehilangan kasih sayang bahkan perhatian dari sosok orang tua. Baginya ayah segalanya, lelaki yang mau mendengarkan keluh kesahnya, yang selalu berdiri di depan ketika Mawar diejek oleh teman-temannya. 

Namun Mawar kehilangan itu semua. Ibunya meninggalkan Mawar ke Jakarta demi pekerjaan, walaupun ibunya kerja tetapi Mawar jarang mendapatkan uang jajan darinya bahkan ibunya pun jarang menjenguk Mawar dirumah nenek. 

Ia berjuang menata hidup ketika sudah memahami keadaan dan situasi keluarganya. Pada akhirnya ia memilih bersekolah di Pondok Pesantren, hidup dengan berbagai macam daerah dan karakter orang yang berbeda-beda. Disinilah ia dapat survive dan bertahan di dorong untuk mandiri dan dewasa sebelum waktunya. Mempunyai keluarga yang tak utuh lagi bukanlah keinginannya.

Beberapa pesan untuk seluruh anak broken home, untuk menata hidup yang cemerlang:

  • Terlahir dari keluarga yang broken home bukanlah suatu akhir dari perjalanan hidupmu, tetap jalani hidupmu dengan semestinya. Jangan iri hati, jangan melihat disekeliling kamu tetaplah, melihat kedepan dan cita-citamu.

" Untuk kalian diluar sana, ingatlah bahwa kalian masih memiliki kedua orang tua namun tidak lagi utuh ataupun tinggal serumah walaupun kedua orang tua kalian telah berpisah namun, cinta mereka akan tetap mengalir kepada anak-anaknya. karena tidak ada mantan anak dalam hidup. Kasih sayang mereka pun akan tetap hidup dan tercurahkan kepada kalian wahai anak".

  • Kamu berhak bahagia. Tersenyumlah, kamu masih punya hari-hari yang panjang, jangan bersedih. Diluar sana masih banyak yang lebih terpuruk dari kisah hidupmu. 
  • Terus Semangat, Berjuang. Kamu masih mempunyai mimpi yang harus kamu kejar. perpisahan kedua orang tua tidak boleh dijadikan alasan untuk down ataupun lemah.Kamu pasti mempunyai mimpi yang harus tercapai. Wujudkan mimpi-mimpi itu. karena yang mengetahuihanya dirimu sejauh mana kamu berpijak.
  • Jangan larut dalam kesedihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun